Pembangunan teleskop bawah danau telah dibangun sejak 2015 di Rusia. Pada 13 Maret 2021, ilmuwan Rusia pun meresmikan pembangunan teleskop ruang angkasa bawah laut terbesar di dunia itu.
Teleskop itu terletak di dalam Danau Baikal. Nantinya, teleskop digunakan untuk mengintip jauh ke dalam alam semesta dari perairan murni Danau Baikal.
Pembangunan teleskop dirancang untuk mengamati neutrino, partikel terkecil yang hingga saat ini diketahui. Neutrino sangat sulit dideteksi dan air diketahui merupakan media yang efektif untuk melakukannya.
Teleskop ini dijuluki Baikal-GVD, yang direndam hingga kedalaman 750 hingga 1.300 meter dengan jarak sekitar empat kilometer dari pinggir danau.
Ilmuwan Rusia mengatakan bahwa teleskop menjadi detektor neutrino terbesar di belahan Bumi utara. Menurutnya, Danau Baikal merupakan danau air tawar terbesar di dunia yang sangat ideal untuk menampung observatorium terapung.
Observatorium terapung tersebut terdiri dari string dengan kaca bulat dan modul baja tahan karat yang menyertainya. Modul tersebut diturunkan dengan hati-hati ke perairan membeku Danau Baikal kemarin.
“Sebuah teleskop neutrino berukuran setengah kilometer kubik terletak tepat di bawah kaki kami,” ungkap Dmitry Naumov dari Joint Institute for Nuclear Research, seperti dikutip dari AFP, Selasa (16/3/2021).
Naumov juga mengatakan, dalam beberapa tahun teleskop akan diperluas hingga berukuran satu kilometer kubik. Menurutnya, teleskop Baikal akan menyaingi Ice Cube, sebuah observatorium neutrino raksasa yang terkubur di bawah es Antartika di stasiun penelitian AS di Kutub Selatan.
Para ilmuwan memilih Danau Baikal sebagai lokasi penempatan teleskop bukan tanpa alasan, melainkan atas sejumlah pertimbangan. Salah satunya pertimbangannya adalah dari segi kedalamnnya.
“Tentu saja, Danau Baikal adalah satu-satunya danau tempat Anda dapat menggunakan teleskop neutrino karena kedalamannya,” jelas Bair Shoibonov dari Institut Bersama untuk Riset Nuklir, masih dilansir dari AFP.
“Air bersih juga penting, kejernihan air juga. Dan fakta adanya lapisan es selama dua-dua setengah bulan juga sangat penting,” lanjut Shoibonov.
Pembangunan teleskop di Rusia sendiri merupakan hasil kolaborasi beberapa ilmuwan. Di antaranya dari Republik Ceko, Jerman, Polandia, Rusia, dan Slovakia.