in

Persiapan Bali untuk Buka Pariwisata Internasional

Ilustrasi wisatawan mancanegara menyaksikan Tari Kecak di Pura Uluwatu, Bali. Foto: Shutterstock

Pariwisata Bali tengah diusahakan untuk dibuka. Sejumlah kebijakan pun digodok untuk persiapan dibukanya pariwasata internasional.

Hal tersebut diungkapkan Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kurleni Umar saat memaparkan materi terkait prakondisi pembukaan kembali Pariwisata Bali, Rabu (7/4/2021) di Taman Nusa, Gianyar, Bali. Menurutnya, realisasi pariwisata Bali dilakukan secara bertahap.

“Pembukaan dilakukan secara bertahap. Nusa Dua, Sanur, dan Ubud menjadi pilot projectnya. Pariwisata akan dibuka jika risiko penularan (Covid-19) rendah. Oleh sebab itu, dilakukan vaksinasi di tiga zona ini agar tercapai herd immunity,” jelas Umar.

Kurleni Umar mengatakan, ada beberapa parameter yang harus dipenuhi, misalnya penurunan tingkat kasus baru ataupun penurunan populasi tertular Covid-19. Selain itu, kesiapan sistem kesehatan dan keselamatan dan terwujudnya sistem transportasi yang aman.

“Saya ingin ada yang bertanggung jawab terhadap transportasi. Artinya memastikan sistem transportasi yang terintegrasi dengan zona aman. Intinya di sini adalah memastikan wisatawan berkunjung ke daerah zona hijau,” paparnya.

Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa menekankan bahwa biro perjalanan harus mengajak wisatawan berkunjung ke zona hijau.  Biro perjalanan juga harus mengatur paket tur sesuai dengan arahan gubernur.

“Tentunya dengan integrasi berbagai elemen wisatawan yang datang sehat begitu pula saat pulang ke negaranya dengan sehat,” papar Aswata.

Astawa menambahkan, travel bubble yang dibuka nantinya yaitu wisatawan dari China, UEA, Singapura dan Korea Selatan.

Karena itu, Aswata mengharapkan tata kelola pembangunan kepariwisataan harus diselenggarakan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi dalam satu kesatuan wilayah. Dengan begitu, kehidupan masyarakat Bali yang lebih baik akan terwujud.

Menurut Aswata, Ubud sebagai pilot project dibukanya pariwisata juga disebabkan sejarah pariwisata Bali yang dimulai dari Ubud dan berkembang ke Sanur hingga Nusa Dua.

Sementara itu, Wakil Bupati Gianyar Anak Agung Gde Mayun memaparkan sistem vaksinasi di Gianyar dilakukan dengan berbasis banjar atau desa. Sebab di Bali pada khususnya, banyak program yang telah berhasil dilakukan dengan basis tersebut.

“Di samping itu dengan memanfaatkan kelian banjar untuk mendata masyarakatnya itu sendiri ataupun pekerja yang ada di wilayah banjarnya tersebut, sekaligus memobilisasi untuk datang melaksanakan vaksin,” papar Agung Mayun.

Gianyar pun menyiapkan tim vaksin yang terdiri dari 33 tim. Setiap tim memeberikan vaksin kepada 150-250 orang per hari. Sehingga, jika diberi 30.000 vaksin akan terlaksana cukup dalam lima hari.