Perhiasan sudah ada sejak zaman prasejarah. Hanya saja, di masa itu perhiasan tak terbuat dari emas, perak dan batu-batuan mewah. Namun terbuat dari kulit binatang, cangkang kerang, tulang, daun, kayu dan kerikil berwarna-warni.
Dari masa prasejarah hingga masa modern saat ini, ada perubahan fungsi perhiasan yang terlihat jelas. Gelang dan kalung zaman prasejarah lebih beraroma magis, diciptakan dan digunakan untuk menambah aura wibawa atau sebagai perlindungan diri.
Dikutip dari berbagai sumber, perhiasan ada di tengah-tengah peradaban manusia sejak 6500 tahun yang lalu, yaitu di masa epipaleolitik di mana masyarakat purba bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan bahan makanan tingkat lanjut.
Pada masa itu, perhiasan terbuat dari bahan-bahan sederhana yang bisa ditemukan di alam bebas. Seperti dari daun, bunga, buah, kayu, kulit dan tulang belulang binatang.
Perhiasan yang terbuat dari kulit kerang dan tulang belulang diasah terlebih dahulu hingga memiliki pinggiran halus dan memiliki bentuk seperti yang diinginkan.
Bentuk perhiasan berkembang waktu demi waktu, dikenakan baik oleh wanita maupun laki-laki. Di masa perundagian, perhiasan terbuat dari besi tuang yang dikreasi menjadi gelang kaki, gelang tangan, juga kalung.
Di masa Hindu dan Budha, perhiasan mengalami geliat yang lebih signifikan. Di masa ini, perhiasan terbuat dari kaca, emas juga tembaga.
Kemudian di masa masyarakat purba hidup dari bercocok tanam, ditemukan banyak sekali peninggalan sejarah berupa perhiasan yang terbuat dari kerang dan bebatuan. Batu yang dipakai adalah batu mewah seperti batu setengah permata yaitu kaldeson dan jaspin.
Pelacakan perhiasan masa purba dimulai dari temuan-temuan sejarah berupa makam-makam kuno. Di makam tersebut, manusia purba yang berlevel atau berstrata sosial tinggi, dikubur lengkap dengan busana dan aksesoris yang melekat pada leher, tangan juga kaki.
Bahkan lewat penelitian masa prasejarah itu disimpulkan, bahwa besar kemungkinan masyarakat kuno sudah terpikir untuk menghias tubuhnya dengan berbagai aksesoris terlebih dahulu sebelum memikirkan pakaian.
Dekorasi tubuh ini dimulai dari material yang sangat sederhana. Masyarakat di kawasan pesisir misalnya, mendekorasi tubuhnya dengan gelang dan kalung yang terbuat dari kerikil pantai dan cangkang kerang.
Di masyarakat kuno lainnya, mereka menghiasi tubuhnya dengan kulit dan tulang belulang dari binatang yang diburu dan dibunuhnya.
Perkembangan dekorasi tubuh ini berjalan waktu demi waktu. Dari dekorasi hanya untuk sekitar tangan, menjadi dekorasi untuk keseluruhan tubuh. Seperti mahkota, jepit rambut, bros, anting, dan masih banyak lagi.
Penemuan-penemuan prasejarah tersebut ada di berbagai masa kejayaan suku dan bangsa. Seperti di kejayaan Sumeria, di peradaban kuno Mesopotamia Selatan.
Di masa abad perunggu awal tersebut ditemukan bahwa bagian atas aksesoris seorang ratu adalah jubah yang dihiasi dengan emas, perak, dan bebatuan alam warna-warni.
Ditemukan pula bukti sejarah perhiasan emas di peradaban Mesir Kuno, peradaban Aegean atau zaman perunggu Yunani di sekitar laut Aegea, dan di masa Bangsa Fenisia atau bangsa penyebar kertas papirus.
Perhiasan mengalami perkembangan yang sangat dinamis. Termasuk di Indonesia, bangsa yang terdiri dari tanah berkontur dan dihuni oleh berbagai suku dan ras, yang tentunya mendekap aroma budaya masing-masing.