Teka-teki fosil yang diributkan sebagai dinosaurus terkecil di dunia dan terbenam dalam batu amber berusia 99 juta tahun akhirnya terpecahkan. Studi membuktikan kerangka itu merupakan kadal prasejarah.
Sebelumnya, fosil ini sempat menimbulkan perdebatan para ahli, lantaran sebagioan menyebut fosil itu merupakan dinosaurus terkecil di dunia.
Namun, penelitian yang dipublikasi Maret 2020 lalu dalam jurnal Current Biology menegaskan bahwa fosil itu bukanlah dinosaurus, melainkan diyakini sebagai spesies kadal purba (Oculudentavis naga) dari genus Oculudentavis.
Nama naga digunakan untuk menghormati kepercayaan suku Naga di India dan Myanmar dimana batu amber ini ditemukan.
Studi tersebut diperkuat pada penelitian terbaru yang dirilis Senin (14/6/2021) dengan spesimen batu amber yang lebih baik.
“Ini benar-benar hewan yang aneh. Tidak seperti kadal lain yang kita miliki saat ini,” ungkap Juan Diego Daza, rekan penulis studi baru, seorang herpetologis dan asisten profesor ilmu biologi di Sam Houston State University di Texas.
“Kami memperkirakan bahwa banyak kadal berasal dari masa ini, tetapi mereka masih belum mengembangkan tampilan modern mereka,” tambahnya dikutip dari Scitechdaily.
Itulah sebabnya fosil itu bisa menipu para peneliti. Mereka mungkin memiliki berbagai karakteristik kelompok, tetapi pada kenyataannya, mereka hanya bagian dari kadal.
Mereka mengatakan kadal prasejarah itu berasal dari keluarga atau genus yang sama dengan Oculudentavis khaungraae, tetapi kemungkinan spesies yang berbeda. Oculudentavis khaungraae adalah fosil burung terkecil yang ditemukan tahun lalu.
Oculudentavis berarti ‘burung bergigi mata’ dalam bahasa Latin. Tetapi Daza mengatakan aturan taksonomi untuk penamaan dan pengorganisasian spesies hewan berarti nama itu harus terus digunakan meskipun tidak akurat.
“Karena Oculudentavis adalah nama yang awalnya digunakan untuk menggambarkan taksonomi ini, nama itu memiliki prioritas dan kami harus mempertahankannya (meski tidak terlalu akurat),” kata Daxa.
Fosil yang ditemukan di wilayah penambangan ambar di Myanmar merupakan spesimen Oculudentavis.
Fosil itu terdiri dari kerangka kadal, termasuk tengkoraknya, dengan sisik yang terlihat dan jaringan lunak. Kedua potongan ambar berusia 99 juta tahun.
Para peneliti menilai makhluk itu sulit untuk dikategorikan, tetapi dengan menggunakan bantuan CT scan untuk memisahkan, menganalisis dan membandingkan setiap tulang dari dua spesies, mereka dapat mendeteksi karakteristik dan mengidentifikasi hewan tersebut sebagai kadal.
Ini termasuk keberadaan gigi yang menempel langsung ke tulang rahang, seperti gigi dinosaurus yang memiliki struktur mata seperti kadal. Terdapat pula tulang bahu dan tengkorak berbentuk tongkat hoki yang secara universal dimiliki oleh reptil bersisik lainnya.
Para penulis percaya bahwa tengkorak kedua spesies telah berubah bentuk karena amber, yang terbuat dari kulit pohon purba, mengeras di sekitar mereka.