Peneliti di Israel telah mengidentifikasi jenis manusia purba yang sebelumnya menimbulkan pertanyaan. Mereka hidup berdampingan dengan spesies kita lebih dari 100.000 tahun silam.
Tim peneliti percaya bahwa sisa-sisa tulang belulang yang ditemukan di dekat kota Ramla tersebut merupakan salah satu dari kelompok manusia yang sangat kuno “yang bertahan paling akhir”.
Hasil studi terkait temuan tersebut telah dipublikasikan di jurnal Science. Temuan tersebut terdiri dari sebagian tengkorak dan rahang dari seorang individu yang hidup antara 140.000 dan 120.000 tahun yang lalu.
Anggota peneliti meyakini, individu tersebut diturunkan dari spesies sebelumnya, yang mungkin telah menyebar dari wilayah tersebut ratusan ribu tahun yang lalu dan memunculkan Neanderthal di Eropa dan padanannya di Asia. Para ilmuwan menamai garis keturunan yang baru ditemukan itu sebagai tipe Nesher RamlaHomo.
Dr Hila May dari Universitas Tel Aviv mengatakan penemuan itu membentuk kembali kisah evolusi manusia, terutama tentang Neanderthal. Gambaran umum evolusi Neanderthal di masa lalu dikaitkan erat dengan Eropa.
“Semuanya dimulai di Israel. Kami memperkirakan bahwa kelompok lokal adalah sumber populasinya,” ungkap May dikutip dari BBC News, Jumat (25/6/2021).
“Selama periode interglasial, gelombang manusia, orang-orang Nesher Ramla, bermigrasi dari Timur Tengah ke Eropa,” lanjut May.
Tim itu menduga bahwa anggota awal kelompok Nesher Ramla Homo sudah ada di Timur Dekat sekitar 400.000 tahun yang lalu. Peneliti telah memperhatikan kemiripan antara temuan baru dan kelompok “pra-Neanderthal” kuno di Eropa.
“Ini adalah pertama kalinya kami dapat menghubungkan titik-titik antara berbagai spesimen yang ditemukan di Levant” terang Dr Rachel Sarig, juga dari Universitas Tel Aviv.
“Ada beberapa fosil manusia dari gua Qesem, Zuttiyeh, dan Tabun yang berasal dari masa itu, yang tidak dapat kami kaitkan dengan kelompok manusia tertentu yang diketahui. Tetapi membandingkan bentuknya dengan spesimen yang baru ditemukan dari Nesher Ramla, membenarkan inklusi mereka dalam kelompok (manusia baru),” sambung Sarig.
Dr May meyakini bahwa manusia ini adalah nenek moyang Neanderthal.
“Neanderthal Eropa sebenarnya mulai di sini, di Levant, dan bermigrasi ke Eropa, sambil kawin silang dengan kelompok manusia lain,” sebutnya.
“Beberapa fosil yang ditemukan di Asia Timur menunjukkan ciri-ciri mirip Neanderthal, seperti yang terlihat juga dari Nesher Ramla,” lanjutnya.
Para peneliti mendasarkan klaim mereka pada kesamaan fitur antara fosil Israel dan yang ditemukan di Eropa dan Asia, meskipun pernyataan mereka ini kontroversial.
Prof Chris Stringer, dari Natural History Museum di London, baru-baru ini mempelajari sisa-sisa manusia China mengungjapkan, keberadaan Nesher Ramla penting untuk mengkonfirmasi lebih jauh bahwa spesies yang berbeda hidup berdampingan satu sama lain di wilayah tersebut pada saat itu dan sekarang kita memiliki cerita yang sama di Asia Barat.
“Namun, saya pikir itu lompatan yang terlalu jauh untuk menghubungkan beberapa fosil Israel yang lebih tua dengan Neanderthal. Saya juga bingung dengan dugaan adanya hubungan khusus antara Nesher Ramla dan fosil di China,” katanya.
Sisa-sisa Nesher Ramla sendiri ditemukan di tempat yang dulunya adalah sebuah lubang yang terletak di daerah yang sering dikunjungi manusia prasejarah. Ini mungkin merupakan daerah, di mana mereka berburu sapi liar, kuda dan rusa, seperti yang ditunjukkan oleh ribuan peralatan batu dan tulang binatang buruan.
Menurut analisis oleh Dr Yossi Zaidner di Universitas Ibrani Yerusalem, alat-alat ini dibuat dengan cara yang sama seperti yang dibuat manusia modern.
“Mengejutkan bahwa manusia purba menggunakan alat yang biasanya terkait dengan Homo sapiens. Ini menunjukkan bahwa ada interaksi antara kedua kelompok,” kata Dr Zaidner.
“Kami berpikir bahwa belajar membuat alat hanya mungkin dilakukan melalui pembelajaran visual atau lisan. Temuan kami menunjukkan bahwa evolusi manusia jauh dari sederhana dan melibatkan banyak penyebaran, kontak, dan interaksi antara spesies manusia yang berbeda.”