in

Bakteri sebagai Kunci Daur Ulang Limbah Baterai Mobil Listrik

Ilustrasi baterai mobil listrik. Foto: Carmudi

Mobil listrik diprediksi menjadi kendaraan yang digandrungi di masa depan. Akan banyak orang beralih mengendarai mobil minim emisi gas buang tersebut untuk mobilitas sehari-hari.

Namun, ada sejumlah masalah yang akan dihadapi dunia di balik kenikmatan mengendarai mobil listrik, yaitu limbah baterai mobil listrik bekas.

Untuk itu, dunia saat ini sedang mencari cara untuk mengatasi limbah dari komponen inti baterai mobil listrik. Baterai bekas pakai perlu penanganan khusus agar tidak menjadi limbah berbahaya bagi lingkungan.

Untuk diketahui masa pakai baterai kendaraan listrik relatif singkat. Baterai kendaraan listrik hanya dapat digunakan selama delapan hingga 10 tahun. Setelah periode tersebut pemilik harus menggantinya dengan yang baru.

Jadi bisa dibayangkan berapa banyak limbah baterai jika kendaraan listrik di dunia sudah sangat masif digunakan. Sejumlah ahli pun putar otak, bagaimana menangani limbah baterai mobil listrik.

Ada satu solusi yaitu menggunakan bakteri untuk melerai komponen inti baterai mobil listrik seperti seperti lithium, kobalt, nikel, dan mangan.

The Next Web memberitakan, ahli menyebutkan dengan metode bioleaching, juga disebut biomining. Metode ini menggunakan mikroba yang dapat mengoksidasi logam.

Cara ini telah banyak digunakan dalam industri pertambangan, di mana mikroorganisme digunakan untuk mengekstrak logam berharga dari bijih.

Baru-baru ini, teknik ini telah digunakan untuk membersihkan dan memulihkan material dari limbah elektronik, khususnya komponen komputer, panel surya, air yang terkontaminasi, dan bahkan pembuangan uranium.

Pabrik pengolah limbah baterai mobil listrik seperti ini membutuhkan dana tidak sedikit sebab membutuhkan peralatan canggih untuk menangani emisi berbahaya yang dihasilkan oleh proses peleburan.

The Conversation, peneliti dan profesor di Universitas Coventry di Inggris Sebastien Farnaud mendukung metode seperti itu. Ia berpendapat menggunakan bakteri jauh lebih efektif dan hijau untuk mengekstraksi logam mulia dari baterai mobil listrik bekas.

Teknologi ini tidak hanya memungkinkan kita untuk mendaur ulang lebih banyak baterai. Fernaud menjelaskan proses bioleaching menggunakan mikroba yang mampu mengoksidasi logam adalah yang terbaik untuk saat ini.

Bioleaching membutuhkan bakteri untuk tumbuh di dalam inkubator pada suhu 37 derajat celcius. Dalam prosesnya tidak banyak energi dibutuhkan, sehingga prosesnya memiliki jejak karbon jauh lebih kecil daripada pabrik daur ulang biasa, dan menyumbang lebih sedikit polusi.

Sehingga Fernaud menganggap, metode ini dianggap lebih efisien dari cara konvensional yang kini digunakan.

“Daripada tetap menjadi renungan, daur ulang dapat menjadi awal dan akhir dari siklus hidup baterai EV dengan bioleaching,” ungkap Fernaud.