in

Perjalanan Hidup Arkeolog Indonesia Mundardjito yang Meninggal di Usia 85 Tahun

Prof Dr Mundardjito, bapak arkeologi Indonesia. Foto: Bhataramedia

Bapak Arkeologi Indonesia, Prof. Dr. Mundardjito meninggal dunia pada Jumat (2/7/2021), tepatnya pukul 12.40 WIB di Rumas Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Guru Besar Purnabakti Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia meninggal di usia 85 tahun..

Ketua Departemen Arkeologi UI, Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi, M.Hum mengatakan, prof. Mundardjito meninggal dunia akibat penyakit asma yang telah dideritanya sejak lama.

“Terakhir menurut keluarga, banyak slam yang tidak bisa dikeluarkan, karena tenggorokannya sudah lemah, makan juga sudah susah, jadi slamnya terjebak tidak bisa dikeluarkan,” beber Wanny.

Wanny mengungkapkan, Prof. Mundardjito atau yang kerap disapa Pak Oti ini merupakan sosok yang bisa menanamkan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap profesi arkeolog.

“Beliau juga kan seseorang yang sepanjang hidupnya tidak lepas dari upaya mendidik, bukan hanya di bidang arkeolog tapi juga kebudayaan,” bebernya.

Mundardjito lahir di Bogor pada 8 November 1936, merupakan anak kedua dari enam bersaudara dari dokter hewan Soedarjo yang merupakan Kepala Kebun Raya Bogor.

Saat duduk di Sekolah Menengah Atas Negeri Bogor pada tahun 1952 hingga 1955, Mundardjito mulai tertarik dengan arkeologi karena gurunya merupakan seorang arkeolog yang berasal dari Jakarta.

Pada tahun 1956, Mundardjito memilih Jurusan Arkeologi di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Mundardjito lulus sebagai sarjana pada tahun 1963 dengan skripsi yang mengambil tema penelitian di Bayat, Klaten dan menjadi asisten dosen arkeologi di Universitas Indonesia.

Dia mendapatkan beasiswa untuk belajar metodologi arkeologi di Universitas Athens pada tahun 1969 selama dua tahun bersama Noerhadi Magetsari.

Pada tahun 1971, ia mengenalkan ilmu metodologi arkeologi yang dia pelajari dari Universitas Athens di Yunani, sekaligus membuat cabang ilmu baru, yaitu ekologi dalam arkeologi ruang pada tahun 1993.

Mundardjito juga mendapatkan beasiswa untuk belajar teori arkeologi di Universitas Pennyslvania, Amerika Serikat selama satu tahun.

Mundardjito meraih gelar doktoral di UI pada tahun 1993 tanpa melalui pendidikan magister dengan gelar cum laude yang dipromosikan oleh Harsja W. Bachtiar dengan disertasi berjudul “Pertimbangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta: Kajian Arkeologi-Ruang Skala Makro.

Setelah menjadi dosen tetap UI sejak tahun 1964, ia diangkat menjadi Ketua Jurusan Arkeologi UI pada periode 1970 sampai 1972. Kemudian, sempat menjadi Pembantu Dekan III Fakultas Sastra UI dari tahun 1972 hingga 1976.

Selanjutnya, Mundardjito diangkat sebagai Guru Besar UI pada tahun dan pada tahun 2001 memutuskan pensiun saat berusia 65 tahun.

Selama hidupnya, Mundardjito telah mendapatkan sejumlah penghargaan, diantaranya:

  • Penghargaan satyalancana tiga puluh tahun dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 1994
  • Gelar bangsawan Kanjeng Raden Haryo dari Paku Buwono XIII di Keraton Solo pada tahun 2010.
  • Penghargaan Satyalacana Kebudayaan pada tahun 2013.
  • Penghargaan Bakrie Award kategori pemikiran sosial pada tahun 2014.