in

Peringatan Ilmuwan Menghadapi Gelombang Panas yang Ekstrem

Ilustrasi cuaca panas. Foto: AP

Ilmuwan iklim memperingatkan dunia untuk melakukan persiapan ekstra menghadapi gelombang panas ekstrem yang kemungkinan akan lebih parah dari perkiraan sebelumnya. Peringatan dikeluarkan setelah suhu panas ekstrem di Kanada dan Amerika Serikat.

Untuk diingat, belum lama ini temperatur di Kanada memecahkan rekor setelah suhu tembus ke angka 49,6 derajat Celsius, dan pada beberapa daerah rekor suhu harian naik lebih dari 5 derajat Celsius.

Gelombang panas dinilai menyebabkan kematian lebih dari 500 orang, dan menyulut kebakaran hutan dan pemadaman listrik .

Analisis awal gelombang panas tersebut menemukan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia menyebabkan peluang terjadinya cuaca ekstrem setidaknya 150 kali lebih besar.

Dalam studi yang dilakukan oleh World Weather Attribution Group, suhu ekstrem yang terjadi belakangan ini bahkan melewati skenario terburuk yang diperkirakan model iklim.

Hal tersebut memaksa mereka untuk mengubah pemahaman mereka tentang gelombang panas dan mempertimbangkan hal serupa bisa terjadi di bagian dunia lainnya.

“Ini adalah lompatan terbesar dalam rekor yang pernah saya lihat. Kita seharusnya tidak memperkirakan gelombang panas berperilaku sama seperti sebelumnya… dalam hal apa yang perlu kita persiapkan,” ungkap Dr Friederike Otto, salah satu pendiri World Weather Attribution Group, dikutip dari The Guardian, Jumat (9/7/2021).

Yang menjadi fokus ilmuwan iklim saat ini yakni menentukan apakah beberapa area hanya tidak beruntung atau sistem iklim saat ini sudah melewati batas dan memasuki tahap baru di mana sedikit pemanasan global saja bisa menyebabkan kenaikan suhu ekstrem yang lebih cepat.

Meski saat ini berita hanya fokus di Kanada dan AS, ilmuwan memperingatkan kenaikan suhu ekstrem serupa bisa terjadi di belahan dunia lain. Terutama di kawasan Afrika sub-Sahara, alasannya stasiun pengawas di sana tidak begitu banyak sehingga jarang dilaporkan.

World Weather Attribution Group sebelumnya telah melihat hubungan kuat antara krisis iklim dan event ekstrem lainnya, seperti gelombang panas di Siberia pada tahun 2020, kebakaran hutan di Australia tahun 2019-2020, gelombang panas di Eropa tahun 2018 dan 2019, dan badai tropis Imelda yang melanda Texas tahun 2019.

Otto mengatakan bahwa emisi yang disebabkan oleh manusia memiliki pengaruh paling besar dan paling mematikan pada gelombang panas yang terjadi.

Menurut Maarten van Aalst dari Red Cross Red Crescent Climate Centre, kerugian dan kematian yang disebabkan oleh perubahan iklim terus meningkat.

“Gelombang panas menduduki puncak grafik global bencana paling mematikan di 2019 dan 2020. Di sini kita memiliki contoh mengerikan lainnya – sayangnya tidak lagi mengejutkan tetapi menjadi bagian dari tren global yang sangat mengkhawatirkan,” paparnya.

Van Aalst pun mendesak pemerintah untuk memperkuat sistem peringatan dini dan penanggulangan gelombang panas. Arsitek dan perencana kota juga harus merancang bangunan dan pusat kota dengan lebih banyak ruang hijau dan area pendingin.

Tapi yang lebih penting adalah pengurangan emisi yang menyebabkan pemanasan global dengan lebih cepat. Ilmuwan iklim memperingatkan gelombang panas di Kanada dan AS bisa terjadi lebih sering, yaitu tiap lima dan 10 tahun, utamanya jika temperatur global naik hingga 2 derajat Celsius.