in

Bukti Banyaknya Pekerja Alami Pemotongan Gaji di Masa Pandemi

Ilustrasi. Foto: CNBC

Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak besar bagi para pekerja khususnya mereka yang berpenghasilan rendah. Banyak dari mereka yang harus mengalami pemotongan gaji.

Hal ini diungkap oleh hasil survei Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE). Research Manager IBCM Nizma Fadila mengatakan bahwa sebanyak 57% karyawan dengan pendapatan rendah, yaitu di bawah Rp5 juta per bulan, mengalaminya.

Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan karyawan berpenghasilan di atas Rp10 juta per bulan. Di mana mereka yang mengalami pemotongan gaji sebesar 47%.

Data ini diperoleh melalui survei dampak Covid-19 terhadap karyawan swasta di Indonesia. Survei dilakukan dua gelombang yaitu Mei dan Desember 2020.

Lebih lanjut, waktu kerja dan gaji karyawan dari survei itu menunjukkan keadaan yang sudah kembali normal seperti sebelum pandemi. Tetapi dampak dari pandemi pada penghasilan mereka sama antara survei di Mei dan Desember 2020.

“Semua pekerja hotel dan restoran yang disurvei mengalami dampak negatif pada jam kerja dan pendapatan mereka; pekerja ini lebih cenderung perempuan,” ungkap Nizma Fadila dalam siaran persnya, Kamis (15/7/2021).

Nizma menyebutkan, pada paruh ke dua tahun 2020, proporsi pekerja yang mengalami dampak negatif pada pekerjaan mereka turun sedikit menjadi sekitar setengahnya.

Karyawan yang mengalami penangguhan bekerja kembali. Meskipun begitu, sebanyak 26% karyawan masih mengalami pengurangan jam kerja dan gaji.

“Dari angka tersebut, karyawan perempuan yang paling banyak mengalami pengurangan jam kerja dengan angka 30% dibandingkan dengan 22% laki-laki yang mengalami pengurangan jam kerja,” bebernya.

Ini berarti, baik karyawan laki-laki dan perempuan telah mengalami dampak negatif pada jam kerja dan pendapatan mereka dengan angka yang kurang lebih sama.

Hasil tersebut mengejutkan mengingat bahwa data dari banyak negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa perempuan mengalami dampak yang lebih besar daripada pria di masa pandemi ini.

“Sama seperti fase awal pandemi, perempuan lebih terdampak daripada laki-laki. Dari survei ini juga menunjukkan 25 persen perempuan dan 21 persen laki-laki percaya kalau pandemi lebih berdampak pada perempuan,” papar Nizma.

“Hal ini disebabkan oleh beban perempuan di rumah, terutama anak-anak yang harus sekolah dari rumah. Juga perempuan lebih rentan terhadap penyakit, khususnya ibu hamil,” lanjutnya.