in

Mengenal Fenomena El Nino dan La Nina serta Efeknya bagi Indonesia

Ilustrasi Kekeringan efek fenomena El Nino. Foto Shutterstock

Fenomena El Nino dan La Nina adalah pola iklim yang terjadi di Samudera Pasifik, namun bisa mempengaruhi cuaca di berbagai negara. Lalu bagaimana efeknya terhadap iklim Indonesia?

Pada kondisi normal di Samudera Pasifik, angin akan bertiup ke arah barat membawa air yang hangat dari Amerika Selatan ke Asia. Untuk menggantikan air hangat itu, air dengan suhu yang lebih dingin akan naik dari lautan yang lebih dalam.

El Nino dan La Nina adalah dua proses yang bertolak belakang yang memutus kondisi normal ini. Keduanya terjadi dalam jangka waktu tertentu sehingga para ilmuwan menyebutnya dengan El Nino Southern Oscillation (ENSO).

Episode terjadinya El Nino dan La Nina bisa bertahan sampai 12 bulan. Keduanya terjadi sekitar dua sampai tujuh tahun sekali. Mereka tidak memiliki siklus khusus, namun, El Nino terjadi lebih sering dibandingkan La Nina.

El Nino

El Nino berasal dari bahasa Spanyol yang berarti anak laki-laki atau Yesus. Nama ini diberikan karena fenomena ini muncul sekitar hari Natal pada akhir Desember.

Dikutip dari laman Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal di tengah Samudera Pasifik. Pemanasan ini meningkatkan potensi terbentuknya awan di area tersebut.

Dampak dari El Nino terhadap cuaca di Indonesia adalah mengurangi curah hujan. Selain itu, kondisi ini juga bisa memicu kondisi kekeringan di wilayah Indonesia.

Kondisi ini jelas mengkhawatirkan. Kekeringan atau kemarau panjang bisa menyebabkan masalah, contohnya pada sektor pertanian yang mungkin mengalami gagal panen. Maka dari itu penting mengantisipasi dengan menyusun kebijakan yang mengantisipasi jika fenomena ini terjadi.

La Nina

La Nina juga merupakan nama dari bahasa Spanyol yang artinya anak perempuan, La Nina merupakan kejadian yang berkebalikan dari El Nino.

Ini merupakan kondisi dimana suhu SML mengalami penurunan atau pendinginan. Dampaknya, pembentukan awan di Samudera Pasifik minim, dan meningkatkan curah hujan di Indonesia.

Jika fenomena ini terjadi, penduduk Indonesia harus waspada karena ini akan memicu hujan lebat. Kondisi ini dapat menyebabkan bencana banjir dan longsor.

Kedua fenomena tersebut terjadi akibat dampak pemanasan global yang mengganggu keseimbangan iklim. Dilansir dari Acaps, beberapa faktor yang menyebabkan fenomena ini terjadi adalah sebagai berikut:

  • Anomali suhu di perairan Samudera Pasifik
  • Melemahnya angin passat (trade winds)
  • Kenaikan daya tampung lapisan atmosfer yang disebabkan pemanasan dari perairan yang panas di bawahnya