in

Rutinitas Manusia Ikut Pengaruhi Perubahan Iklim, Bagamana Prosesnya?

Ilustrasi perubahan iklim. Foto: AP

Perubahan yang cepat dan meluas telah terjadi pada iklim di planet Bumi dan dampaknya sudah terjadi. Terkait hal itu, para ilmuwan meyakini bahwa aktivitas manusia telah berdampak pada naiknya pemanasan planet Bumi.

Berdasarkan hasil dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau Intergovernmentan Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan bahwa aktivitas manusia sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim, yang dampaknya berpotensi sangat buruk terhadap peradaban dunia.

Data ini didapatkan dari hasil kerja atau ringkasan oleh WGI (kelompok kerja 1) untuk pembuat kebijakan (Summary for Policymaker/SPM) berjudul Perubahan Iklim 2021: Basis Ilmu Fisika (Climate Change 2021: the Physical Science Basis).

Laporan WGI meneliti dasar fisika dari perubahan iklim masa lalu, sekarang dan masa depan. Termasuk, mengenai persoalan dasar seperti bagaimana emisi yang disebabkan manusia mengarah pada perubahan planet yang mendasar pada sistem iklim.

Pelaporan ini juga merupakan kontribusi dari ribuan komentar ahli dan pemerintah, yang berlandaskan lebih dari 14.000 makalah ilmiah sebagai rujukan dalam laporan tersebut.

Berdasar laporan tersebut, diketahui bahwa pengaruh manusia telah meningkatkan pemanasan pada sistem iklim, dan iklim pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya setidaknya dalam 2.000 tahun terakhir.

Laju pemanasan iklim semakin cepat, suhu permukaan global meningkat lebih cepat sejak tahun 1970 dibandingkan periode 50 tahun lainnya setidaknya 2.000 tahun terakhir ini. Emisi yang disebabkan oleh manusia telah bertanggung jawab atas hampir keseluruhan pemanasan global.

Pernyataan tentang laju pemanasan semakin cepat tersebut didasarkan pada perhitungan dalam penilaian laporan IPCC sebelumnya. SPM tersebut menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi gas rumah kaca sejak sekitar tahun 1750 tegas disebabkan oleh aktivitas manusia.

Sejak masa pra-industri, yang terpantau di bumi ialah gas-gas rumah kaca tersebut telah menyebabkan pemanasan.  Dua di antara gas rumah kaca yang paling bertanggung jawab dan memiliki kontribusi terbesar dalam perubahan iklim ini adalah karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4/methane).

Pada tahun 2019, konsentrasi CO2 di atmosfer lebih tinggi dari yang pernah ada setidaknya dalam kurun waktu 2 juta tahun dan konsentrasi metana dan nitrous oxide. Keduanya merupakan GRK yang signifikan, lebih tinggi dari yang pernah ada dalam setidaknya kurun waktu 800.000 tahun.

Selama 50 tahun terakhir, aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi menyebabkan peningkatkan terhadap suhu global pada tingkat tercepat dalam catatan sejarah.

Harus Segera Diatasi

Para ilmuwan mengungkapkan tentang perlunya mengatasi gas rumah kaca selain CO2 dalam waktu dekat, karena emisi metana (CH4) merupakan GRK yang kuat  dan harus menjadi perhatian khusus.

Selanjutnya, transformasi energi dapat dilakukan dengan melakukan moratorium pembakit listrik tenaga batu bara sekarang, dan mengalihkan ke bahan bakar yang bersih dan terbarukan. Serta, mulailah dengan penghentian deforestasi hingga mencapai nol deforestasi.

Chairman dari Foreign Policy Community of Indonesia, Dr Dino Patti Djalal mengatakan, Indonesia bisa menjadi climate superpower dengan melakukan coal phasing-out secepat mungkin.

Selain itu, jika tidak ditangani dengan serius, maka alam akan rusak oleh pemanasan lebih lanjut, serta ekosistem daratan dan lautan hanya memiliki kapasitas terbatas untuk membantu kita mengatasi permasalahan iklim.

Pengambil keputusan perlu menerapkan rencana net zero jika kita ingin menghentikan pemanasan ini.  Penghapusan karbon dioksida (CO2) merupakan cara menuju net zero yang penting, tetapi cara ini hanya akan berguna jika disertai dengan penurunan emisi yang cepat dan mendalam.

Menurut Dino, laporan tersebut menekankan melesetnya perkiraan kenaikan suhu bumi, yang ternyata akan naik 1,5 derajat Celcius jauh lebih cepat pada tahun 2030.

Dino melanjutkan, para pakar iklim di seluruh dunia yang tergabung dalam penyusunan laporan IPCC juga berkesimpulan tidak dapat terelakkan lagi bahwa tindakan manusia adalah penyebab krisis iklim dan bencana alam yang menyertainya.

Solusi kuncinya ialah penurunan emisi secara agresif, progresif, dan visioner yang disegerakan (rapid).

“Dengan  the way we are doing things (current policies), lintasan emisi saat ini menempatkan kita on track untuk mencapai kenaikan suhu di atas 3 derajat Celcius, dan rencana komitmen iklim (NDC) seluruh negara pun jika diterapkan akan tetap membawa kita pada kenaikan suhu sekitar 2.4 hingga 2.7 derajat Celcius di akhir abad,” ungkap Dino dalam konferensi FPCI Climate Unit, Senin (16/8/2021).

“Ingat ini bukan kritik, tapi aspirasi untuk pemerintah. Kalau kita (pemerintah Indonesia) tidak bisa mengambil kebijakan yang berambisi, maka suistanable (energi pembaharuan) ini bisa sangat terlambat,” lanjutnya.