Greysia/Apriyani Rahayu baru-baru ini mengharumkan nama Indonesia melalui raihan medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Keberhasilan pasangan ganda putri Indonesia tersebut tentunya tak lepas juga dari peran Chafidz Yusuf sebagai pelatih.
Namun, Greysia/Apriyani Rahayu bukan satu-satunya pasangan yang muncul dari tangan dingin Chafidz Yusuf. Sebelum itu, asisten pelatih di PBSI ini juga ikut andil meracik ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Pria kelahiran Solo, 6 Desember 1962 ini, menuai banyak prestasi selama menjadi pelatih. Salah satu pencapaian terbaiknya adalah merak ganda putra nomor satu dunia saat ini, Marcus Gideon/Kevin Sanjaya.
Tahun 2015 silam, Chafidz Yusuf masih mengisi bangku kepelatihan skuat ganda putra di Pelatnas Cipayung sebelum dipindahtugaskan ke sektor ganda putri.
Berbekal informasi dari salah satu pelatih PB Djarum, Sigit Budiarto, Chafiz Yusuf kemudian memasang Marcus Gideon dengan jebolan klub bulutangkis asal Kudus yang berbakat, Kevin Sanjaya.
“Dulu ada informasi dari pelatih PB Djarum yaitu Sigit Budiarto yang memberikan info ada satu pemain yang benar-benar potesial yaitu Kevin. Setelah kita saling memberikan pertimbangan, memang kita lihat benar seperti Sigit. Lalu kita pasangkan dengan Marcus dan benar-benar klop,” ungkap Chafidz, dilansir dari pbdjarum.com.
Tidak mudah di dalam meracik pasangan top dunia tersebut. Salah satu kunci suksesnya ternyata Chafidz harus berguru dengan legenda bulutangkis Christian Hadinata.
“Butuh seseorang yang mampu meracik beberapa pasangan yang hebat. Berdasarkan pengalaman saya, kuncinya mempunyai guru seorang legenda, dan guru saya itu adalah Bapak Christian Hadinata,” ujar Chafidz.
Chafidz memaparkan bahwa saat itu Christian Hadinata memberi tahu caranya meracik pasangan ganda. Ada dua faktor yang harus betul-betul diperhatikan, yakni teknis dan non teknis.
“Dari segi teknis, kita lihat seorang pemain itu pola dan kemampuannya seperti apa? Untuk pemain ganda, kita membutuhkan pemain yang bisa mengatur serangan dan satu lagi pemain dengan power yang kuat, sehingga bisa saling melengkapi,” jelas Chafidz.
“Kalau masalah non teknis kita lihat dalam latihan seperti apa, dan melakukan pendekatan di luar lapangan pada setiap pemain, kita ajak diskusi. Jadi kalau non teknis dan teknisnya sudah nggak ada masalah, kita bisa memutuskan pemain itu potensial atau tidak,” tegas Chafidz.
Berkat tangan dingin Chafiz Yusuf inilah, Marcus/Kevin menjadi pasangan yang langsung klop di dalam dan di luar lapangan. Berbagai prestasi pun berhasil diraih oleh mereka sejak pertama kali diduetkan.
Setelah mendulang empat trofi pada 2016, Marcus/Kevin mengalami kejayaan besar pada 2017 dengan menyapu 11 gelar juara.
Tahun berikutnya, mereka berhasil mengantongi 8 gelar juara di masing-masing musim 2018 dan 2019 yang mengantarkan mereka ke peringkat nomor 1 dunia.
Mengakhiri kisahnya, pelatih yang pernah melatih tim Singapura pada 2016 hingg 2008 ini mengungkapkan tantangan yang ia dapat untuk bisa menghasilkan pasangan hebat.
“Dalam satu pasangan itu yang paling susahnya yaitu menyatukan dua karakter berbeda menjadi satu. Mungkin ada yang emosional, atau kurang aktif. Nah, seperti itu masalah yang menjadikan sering ditemui satu pasangan yang tidak bisa langsung klop,” tandasnya.