in

Indonesia dalam Ancaman Kenaikan Air Laut Ekstrem 100 Kali Lebih Sering

Ilustrasi bencana ekstrem dari laut akan terjang Indonesia 100 kali lebih sering. Foto: Antara

Para peneliti menyebut kenaikan permukaan laut yang ekstrem di sepanjang garis pantai di seluruh dunia akan terjadi 100 kali lebih sering pada akhir abad ini terutama di wilayah tropis, termasuk di Indonesia.

Prediksi tersebut berdasarkan studi yang dilakukan Profesor Roshanka Ranasinghe dari IHE Delft and Deltares (Belanda) bersama penulis utama Dr. Claudia Tebaldi dari Laboratorium Nasional Pacific Northwest National Department of Energy AS.

Studi tersebut mengungkap bahwa dampak dari naiknya air laut pada frekuensi permukaan laut yang ekstrim akan terasa paling parah di wilayah tropis dan umumnya di garis lintang yang lebih rendah dibandingkan dengan garis lintang utara.

“Lokasi yang paling mungkin terkena dampak besarnya ialah belahan bumi selatan, daerah di sepanjang Laut Mediterania dan Semenanjung Arab, Pantai selatan Pasifik Amerika Utara termasuk Hawaii, Karibia, Filipina, dan Indonesia,” ungkap peneliti dalam pernyataan tertulisnya kepada media, Selasa (31/8/2021) lalu.

Sedangkan wilayah yang tidak terlalu terpengaruh kenaikan permukaan air laut yakni wilayah bagian garis lintang yang lebih tinggi, seperti Pantai Pasifik utara Amerika Utara, dan Pantai Pasifik Asia.

Studi ini menyatukan tim peneliti internasional dari Amerika Serikat, Belanda, Italia, dan Australia. Mereka pernah memimpin penelitian besar sebelumnya tentang permukaan laut ekstrim dan efek kenaikan suhu permukaan laut.

Tim tersebut mengumpulkan data serta memperkenalkan metode sintesis baru untuk memetakan kemungkinan efek kenaikan suhu mulai dari 1,5 derajat Celcius hingga 5 derajat Celcius yang dibandingkan dengan masa pra-industri.

“Salah satu pertanyaan utama kami yang mendorong penelitian ini adalah seberapa tinggi pemanasan suhu bumi untuk membuat dampak yang biasanya terjadi 100 tahun sekali menjadi bencana tahunan? Jawaban kami adalah tidak lebih dari apa yang telah terdokumentasikan saat ini,” ungkap Ranasinghe.

“Ini bukanlah sebuah kejutan dan tidak mengherankan bahwa pada pemanasan suhu 1,5 derajat Celcius akan memiliki efek substansial pada frekuensi dan besarnya kenaikan permukaan laut yang ekstrem,” tambah Ranasinghe.

Studi terbaru yang terbit dalam Jurnal Nature Climate Change edisi 30 Agustus 2021 itu selaras dengan pernyataan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), bahwa peristiwa naiknya permukaan laut ekstrim akan lebih sering dan meluas di seluruh dunia akibat pemanasan global.

Tim peneliti memperkirakan kenaikan suhu tersebut sebagai situasi terparah. Dan perubahan tersebut kemungkinan akan terjadi lebih cepat lagi di akhir abad ini, dengan banyaknya jumlah lokasi yang mengalami peningkatan kenaikan permukaan laut 100 kali lipat dari yang pernah diprediksi terjadi sebelum 2070 mendatang.