in

Fakta Kehidupan 12 Ribu Tahun Silam: Temuan Fosil di Waduk Saguling

Fosil hewan yang ditemukan sejumlah peneliti ITB di Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat merupakan bukti adanya kehidupan prasejarah 12 ribu tahun lalu. Foto: Dok. ITB

Fosil hewan yang ditemukan sejumlah peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) di Pulau Sirtwo, di tengah Waduk Saguling, Bandung, Jawa Barat merupakan bukti adanya kehidupan prasejarah 12 ribu tahun lalu.

Arkeolog sekaligus Tenaga Ahli Cagar Budaya Provinsi Jawa Barat, Lutfi Yondri mengungkap hasil diskusi di lapangan temuan fosil itu ditemukan pada lapisan yang tidak jauh berbeda dengan temuan manusia pawon.

Dengan begitu, usia fosil hewan yang ditemukan di Waduk Saguling diprediksi berusia 10 hingga 12 ribu tahun lalu.

“Kalau kita lihat dari formasi geologinya, kemudian dikaitkan dengan keberadaan temuan vertebrata itu yang sama jenisnya dengan hewan buruan manusia pawon, periode di sekitar 10 sampai 12 ribu tahun lalu,” ujar Lutfi, dikutip dari CNN, Selasa (19/10/2021).

Diketahui tim peneliti ITB menemukan fosil-fosil hewan purba, yang berasal dari kelompok Bovidae (sapi, kerbau dan banteng), Cervidae (kelompok rusa) dan Elepha maximus (gajah).

Lebih lanjut ia menyatakan bahwa temuan fosil-fosil hewan purba tersebut berada pada zaman ketika manusia pawon hidup di gua-gua alam di wilayah Cipatat, Padalarang.

Manusia pawon berdasarkan temuan Lutfi berada pada periode 5.600 tahun hingga 10 ribu tahun. Namun berdasarkan temuan rangka manusia dengan kedalaman 3 meter, ia menemukan rangka manusia pawon memiliki usia sekitar 12 ribu tahun.

Lutfi menceritakan waduk Saguling dahulu kala merupakan daerah aliran sungai, yang banyak dijumpai hewan-hewan vetebrata di sekitarnya. Hewan-hewan tersebut lantas dijadikan sasaran berburu oleh para manusia pawon untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Jika dihitung jarak penjelajahan di Waduk Saguling ke tempat tinggal manusia pawon tak terbilang jauh. Ia mengatakan daya jelajah manusia pawon untuk eksplorasi sampai ke kawasan Nagreg hingga Garut, Jawa Barat, atau berkisar 45 kilometer dari titik tempat tinggal manusia pawon.

“Kalau masih Waduk Saguling itu lumayan dekat untuk manusia pawon. Dia juga menjelajah sampai sisi utara, mengeksploitasi sumber daya laut, kemudian mereka bawa ke gua pawon untuk pemenuhan kebutuhan keseharian mereka pada era pra sejarah,” pungkasnya.

Lebih lanjut ia mengungkap bahwa fosil-fosil prasejarah sebenarnya banyak ditemukan di Jabar. Untuk melakukan temuan fosil yang berusia lebih tua, dapat meneliti di Jabar sisi utara seperti Sumedang, Subang, perbatasan Kuningan dan Cirebon.

Hal itu disebutnya lantaran wilayah tersebut erat akan sentuhan migrasi makhluk prasejarah yang lebih tua, dibandingkan dengan fosil-fosil hewan di Waduk Saguling.

Dengan adanya temuan fosil-fosil hewan itu ia berharap potongan fosil tak dibawa ke museum geologi, melainkan dilakukan konservasi di sekitar lokasi temuan.

Lutfi menjelaskan hal tersebut bertujuan agar Waduk Saguling menjadi lokasi edukasi wisata, yang dapat menjelaskan lokasi itu merupakan bagian dari jejak kehidupan pra sejarah.

“Saya mengusulkan sebaiknya (fosil-fosil hewan) dikonservasi di sana. Tapi belum ada putusan akan dibawa ke museum geologi atau dikonservasi di sana,” tutupnya.