in

Proses Mumifikasi Canggih Ungkap Sejarah Mesir Kuno yang Sebenarnya

Ilustrasi Mumi. Foto: Shutterstock

Hasil penetian terbaru dari mumi Mesir Kuno menunjukkan bahwa teknik mumifikasi canggih digunakan seribu tahun lebih awal dari yang diyakini sebelumnya. Hal ini mampu menulis ulang sejarah yang dipahami dari praktik pemakaman Mesir kuno.

Tubuh yang diawetkan dari seorang bangsawan berpangkat tinggi bernama Khuwy, ditemukan pada tahun 2019 di pekuburan yang merupakan tempat pemakaman kuno yang luas dari Firaun dan bangsawan Mesir di dekat Kairo.

Para ilmuwan percaya bahwa Khuwy jauh lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya. Ia berasal dari Kerajaan lama Mesir yang akan menjadikannya sebagai salah satu mumi Mesir tertua yang pernah ditemukan.

Kerajaan Lama berlangsung dari 2.700 hingga 2.200 SM dan dikenal sebagai “Zaman Pembangun Piramida.” Pembalsaman dalam mumifikasi Khuwy menggunakan teknik canggih yang diperkirakan telah dikembangkan lebih jauh di zaman sebelumnya.

Kulitnya diawetkan menggunakan resin mahal yang terbuat dari getah pohon, dan tubuhnya diresapi dengan resin dan diikat dengan pembalut linen berkualitas tinggi.

Analisis baru itu menunjukkan bahwa orang Mesir kuno yang hidup sekitar 4.000 tahun yang lalu melakukan proses mumifikasi yang canggih.

Profesor Salima Ikram, kepala Egyptology di American University di Kairo dan seorang ahli terkemuka dalam sejarah mumifikasi, mengatakan bahwa hal tersebut juga telah mengubah pemahaman dunia tentang mumifikasi.

“Jika ini memang mumi Kerajaan Lama, semua buku tentang mumifikasi dan sejarah Kerajaan Lama perlu direvisi,” ujar Ikram seperti dikutip dari Science Alert, Sabtu (30/10).

“Sampai sekarang, kami mengira mumifikasi Kerajaan Lama relatif sederhana, dengan pengeringan dasar, yang tidak selalu berhasil, tidak ada pengangkatan otak, dan hanya pengangkatan organ dalam sesekali,” imbuhnya.

Ikram terkejut dengan jumlah resin yang digunakan untuk mengawetkan mumi, yang tidak sering dicatat dalam mumi dari Kerajaan Lama. Dalam praktik selanjutnya, organ dikeluarkan dengan benar dan alat yang lebih tepat digunakan selama proses berlangsung.

“Mumi ini dibanjiri dengan resin dan tekstil sehingga memberikan kesan mumifikasi yang sama sekali berbeda. Faktanya, ini lebih seperti mumi yang ditemukan 1.000 tahun kemudian,” katanya.

Selain itu, menurut Ikram temuan ini juga dapat memperluas pemahaman para ahli tentang perdagangan internasional selama Dinasti Kelima. Sebab, resin yang digunakan untuk mengawetkan mayat diduga berasal dari Near East, di Lebanon, seperti dikutip dari The National.

“Resin yang digunakan untuk mengawetkan mayat itu kemungkinan besar diimpor dari Near East, dari Lebanon,” katanya.

Keberadaan bahan-bahan ini di Mesir pada saat itu menyiratkan perdagangan dengan kerajaan-kerajaan tetangga jauh lebih luas daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Penemuan ini telah didokumentasikan dalam serial baru National Geographic, Lost Treasures of Egypt, yang mulai ditayangkan pada 7 November mendatang.

Tom Cook, dari Windfall Films yang memproduseri serial tersebut, mengatakan bahwa Ikram awalnya tidak percaya bahwa Khuwy berasal dari Kerajaan Lama karena teknik mumifikasi yang canggih.

“Mereka tahu tembikar di makam itu adalah Kerajaan Lama tetapi [Ikram] tidak berpikir mumi itu berasal dari [periode itu] karena diawetkan dengan sangat baik,” kata Cook.

Makam berornamen Khuwy menampilkan hieroglif yang menunjukkan penguburan itu terjadi selama periode Dinasti Kelima, yang mencakup awal abad ke-25 hingga pertengahan abad ke-24 SM, seperti dilansir dari majalah Smithsonian.

Para arkeolog juga menemukan tembikar dan guci yang digunakan untuk menyimpan bagian tubuh selama proses mumifikasi yang berasal dari masa itu.

Tim Ikram akan melakukan tes lebih lanjut untuk memastikan bahwa jenazah tersebut memang milik Khuwy. Dia mengatakan tetap ada kemungkinan bahwa orang lain bisa saja dimumikan dan dikubur berabad-abad kemudian dengan tujuan pemakaman ulang.

“Saya tetap ragu-ragu sampai kita dapat melakukan penanggalan karbon-14,” kata Ikram.

Proses identifikasi lebih lanjut itu kemungkinan akan memakan waktu enam hingga delapan bulan lamanya.