Sejumlah upaya perjalanan ke luar angkasa untuk jurnalis Amerika Serikat (AS) dilakukan sejak 1980-an. Namun niat perjalanan itu baru terealisasi pada Michael Strahan pada 2021.
Strathan merupakan satu dari banyak jurnalis asal Amerika Serikat yang mewawancarai Jeff Bezos sebelum meluncur ke luar angkasa bersama Blue Origin beberapa waktu lalu.
Jurnalis yang menjadi pembawa acara ‘Good Morning Amerika’, itu ditawari melakukan perjalanan ke luar angkasa, usai mewawancara Bezos pada Juli 2021.
Strahan terbang bersama Blue Origin pada Sabtu (11/12/2021) waktu AS, bersama lima penumpang lainnya, salah satunya adalah yaitu putri astronaut Alan Shepard, Laura Shepard Churchley.
Empat penumpang lainnya adalah orang yang membayar mahal untuk menjelajahi luar angkasa, termasuk eksekutif industri luar angkasa Dylan Taylor, investor Evan Dick, pendiri Bess Ventures Lane Bess dan Cameron Bess.
“Saya percaya [perjalanan ruang angkasa] akan membawa banyak terobosan teknologi dan juga inovasi bagi kita di Bumi, dan saya hanya ingin menjadi bagian darinya,” kata Strahan dikutip CNN.
Gagasan mengirimkan jurnalis AS ke luar angkasa telah ada sejak Strahan masih remaja. Koresponden Sains CNN mengatakan hal itu supaya mereka bisa menyampaikan pengalaman pribadi ketika publik.
“Saya tidak bisa memikirkan terlalu banyak… apa yang kami lakukan sebagai jurnalis di mana kami meliput sesuatu tetapi tidak dapat kami kunjungi,” kata Miles O’Brien.
Hal itu dimulai ketika program Shuttle NASA memiliki lebih dari 20 penerbangan orbit pada akhir 1985. Kala itu, NASA berharap dapat menangkap imajinasi publik dengan mengirimkan mereka ke luar angkasa.
Mantan manajer Program Peserta Penerbangan Luar Angkasa NASA Alan Ladwig membentuk program Jurnalis ke Luar Angkasa pada Oktober 1985.
Sekitar 1980-an, sudah lebih dari 1.700 reporter melamar untuk melakukan penerbangan ke luar angkasa. Mulai dari penyiar berita selebriti Walter Cronkite, Tom Brokow, hingga jurnalis dari kantor berita lokal.
Oleh sebab itu, NASA kemudian memilih Asosiasi Sekolah Jurnalisme dan Komunikasi Massa (ASJMC) untuk memimpin proses seleksi.
Penerbangan itu ditawarkan secara gratis kepada jurnalis. Namun, beberapa jurnalis ragu terkait etika dan dugaan konflik kepentingan kala itu, salah satunya adalah jurnalis luar angkasa CBS News Bill Harwood.
“Saya memiliki perasaan campur aduk tentang hal itu. Saya ingat pernah melakukan percakapan itu bahwa siapa pun yang menerbangkan penerbangan ini akan memiliki kesempatan yang luar biasa,” tuturnya.
Namun, ia ternyata tidak memenuhi syarat untuk melamar karena pengalaman jurnalisme masih di bawah lima tahun kala itu.
Hingga akhirnya, Christa McAuliffe, seorang guru sekolah menengah dari New Hampshire, terpilih dari 11.000 pelamar untuk menjadi warga sipil pertama yang dikirim ke luar angkasa lewat program Space Shuttle pada 28 Januari 1986.
Sayangnya, satu menit setelah penerbangan McAuliffe dengan pesawat ulang-alik Challenger lepas landas, ledakan terjadi yang menyebabkan pesawat hancur dan seluruh penumpang tewas.
Insiden itu membuat misi mengirimkan masyarakat sipil, termasuk jurnalis, dinilai tidak berjalan baik. Sehingga, Program Jurnalis ke Luar Angkasa dibatalkan dengan alasan keselamatan.
“Keinginan untuk pergi ke luar angkasa benar-benar hilang,” kata Editor bidang luar angkasa Aviation Week Irene Klotz.
“Semuanya kemudian hanya fokus pada apa yang terjadi dan bagaimana memulihkannya dan bagaimana kembali ke penerbangan,” tuturnya.
Hingga pada 1990, ketika Perang Dingin mencair, Tokyo Broadcasting System berani membayar lebih dari US$10 juta untuk melakukan penerbangan ke stasiun luar angkasa bersama Mir, milik Soviet.
Hal itu membuat Toyohiro Akiyama menjadi orang Jepang sekaligus jurnalis pertama yang berhasil melakukan perjalanan ke luar angkasa. Akiyama yang kala itu berusia 47 tahun menghabiskan sembilan hari di luar angkasa.
Tak hanya itu, mereka juga menyiarkan ketika Akiyama kembali mendarat serta mengalami serangan mual ekstrem akibat perjalan tersebut.
Alan Ladwig mengatakan wartawan AS marah ketika mengetahui hal itu, “Mereka menjadi gila. Rasanya seperti tidak percaya kami (jurnalis AS) bukan menjadi yang pertama,” ungkapnya.
Sekitar satu dekade kemudian, Miles O’Brien kembali mencoba meyakinkan NASA dan timnya untuk mengirimkan dirinya ke luar angkasa. Ia mengatakan hal itu sesungguhnya merupakan keinginan rekan jurnalisnya, John Holliman, sebelum meninggal dunia pada 1998.
Namun, rencana itu kembali dimentahkan setelah Space Shuttle Columbia pada 1 Februari 2003 menewaskan tujuh astronaut.
Hal tersebut membuat program Shuttle NASA ‘hiatus’ satu dekade hingga Bezos, Elon Musk, dan Richard Branson membuat roket untuk membawa orang-orang yang mau membayar mahal untuk merasakan perjalanan ke luar angkasa.
Itu yang kemudian berhasil membuat Michael Strahan, jurnalis AS ke luar angkasa sebagai tamu. Sebelumnya, Blue Origin juga membawa William Shatner atau Kapten Kirk Star Trek ke luar angkasa.