Kilatan petir panjang atau megaflash terjadi di berbagai belahan dunia. Fenomena alam itu sangat menakjubkan bagi sebagian orang dan ahli karena dianggap sebagai terpanjang dalam sejarah. Lalu, bagaimana proses terjadinya petir yang memiliki sambaran lebih dari 100 kilometer itu?
Posisi pertama pemegang rekor petir terpanjang dalam sejarah terjadi di Amerika Utara. Rekor kedua adalah petir dengan durasi terlama di Amerika Selatan.
Rekor terbaru mencatat kilatan petir yang mencakup jarak horizontal hingga 768 kilometer, yang membentang dari Texas ke Louisiana pada 29 April 2020. Catatan ini melampaui rekor sebelumnya yang menempuh jarak sejauh 60 kilometer.
Sementara itu, rekor megaflash terlama terjadi di Amerika Selatan dengan durasi lebih dari 17 detik. Insiden sambaran petir itu didokumentasikan pada 31 Oktober 2018, saat badai petir terjadi di Uruguay dan Paraguay Utara.
Megaflash itu berdurasi sekitar 17,102 detik, melampaui rekor sebelumnya yang hanya 0,37 detik.
Kilatan yang membentang di selatan AS terbilang sulit diukur dengan peralatan berbasis darat konvensional, sehingga ahli meteorologi beralih menggunakan peta petir satelit geostasioner, yang memiliki bidang pandang yang jauh lebih luas.
Meskipun kilatan keduanya terdeteksi pada 2020 dan 2018, baru sekarang Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengesahkan peristiwa tersebut sebagai megaflash yang memiliki jarak terjauh dan durasi terpanjang dalam catatan.
Menurut Graeme Marlton di Met Office, Inggris, ada proses panjang dari pengecekan megaflash itu. Yakni pengecekan ulang instrumen, pengamatan dan verifikasi cross-check dari ahli, sebelum peristiwa tersebut dapat dicatat sebagai sambaran petir rekor dunia.
Petir megaflash dengan ketinggian yang terbilang jauh ini memiliki proses panjang, seperti di antaranya buah dari badai besar di suatu lokasi.
Badai tersebut memiliki bidang awan dengan muatan listrik yang terbilang luas. Ketika kondisi ini bergabung dengan debit awan kecil, hal itu dapat mengakibatkan sambaran petir yang menjangkau jarak yang luar biasa panjang.
Megaflash biasanya terlihat di titik hotspot badai petir, seperti di Great Plains Amerika Utara dan Río de la Plata di Amerika Selatan, menurut laporan New Scientist.
Struktur geografi suatu daerah juga membuat petir rentan terhadap sistem konvektif yang relatif besar, yang dapat menyebabkan badai petir individu bergabung menjadi sistem cuaca besar.
Hal itu juga dapat memicu sambaran petir yang terbilang ekstrem, hingga menghasilkan megaflash, menurut laporan IFL Science.