in

Kondisi Industri Luar Angkasa Usai Stasiun Antariksa ISS Pensiun

Stasiun Luar Angkasa Internasional. Foto: Blogs.nasa.gov

Masa depan industri luar angkasa akan mengalami perubahan usai Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dinonaktifkan. Sebelumnya Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan ISS akan berhenti beroperasi dan ditenggelamkan di Samudera Pasifik pada 2031.

Dengan berhentinya ISS dari orbit rendah Bumi (LEO), kemungkinan besar sejumlah perusahaan swasta akan mengambil alih tugas luar angkasa yang sebelumnya diemban oleh ISS.

Meski secara keseluruhan industri luar angkasa komersial sedang mengalami penurunan, namun pendanaan mengalir ke sektor ini disebut mencapai rekor.

Pertama adalah proyek oleh Blue Origin dari Jeff Bezos yang dijuluki Orbital Reef. Pada proyek ini Bezos akan bekerja bersama sebuah perusahaan gabungan dengan Boeing dan Sierra Nevada.

Mereka disebut akan membangun stasiun luar angkasa yang hampir sebesar ISS dan memungkinan untuk digunakan menjadi tempat eksperimen sains, liburan, dan bahkan manufaktur di luar angkasa.

Sebuah proyek lain diusulkan oleh perusahaan berbasis di Houston, yakni Nanoracks yang sebelumnya telah memiliki infrastruktur penting di ISS.

Nanoracks mengusulkan untuk menyusun basis penelitian bernama StarLab yang berukuran sepertiga dari ukuran ISS dan dapat menampung hingga empat astronot.

Fasilitas tersebut nantinya dapat mencakup laboratorium biologi, lab tempat tinggal tanaman, lab penelitian ilmu fisika dan material, dan area meja kerja terbuka. Nanoracks rencananya mengembangkan proyek tersebut bersama dengan dengan Lockheed Martin dan sebuah perusahaan bernama Voyager Space.

Kemudian ada stasiun luar angkasa berbentuk hamparan yang diusulkan oleh Northrop Grumman. Stasiun luar angkasa ini disebut dapat menampung empat hingga delapan astronot.

Dilansir dari CNN, fasilitas ini nantinya akan dilengkapi lengan robot untuk menjaga bagian luar pesawat dalam kondisi prima, sehingga meminimalisir astronaut untuk melakukan perjalanan luar angkasa yang biasanya dilakukan untuk memperbaiki stasiun luar angkasa.

Semua proyek tersebut mendapat kucuran dana dari NASA. Ada juga beberapa proyek lain yang diusulkan dari perusahaan seperti SpaceX, beberapa perusahaan rintisan luar angkasa, dan bahkan perusahaan hiburan.

Jaminan kesuksesan dalam misi pembuatan stasiun luar angkasa tidak bisa dipastikan bahkan bagi mereka yang mendapat dukungan NASA. Pasalnya membangun stasiun luar angkasa sangat berbahaya, memakan waktu, dan juga biaya.

Jika semua proyek dari perusahaan swasta tersebut gagal, maka Amerika Serikat tidak akan memiliki wakil manusia di wilayah orbit rendah Bumi setelah ISS diistirahatkan.

Tingkat bantuan yang dapat dipinjamkan NASA untuk membantu proyek-proyek tersebut sangat tergantung pada Kongres. Selama beberapa tahun terakhir, NASA telah meminta dana US$150 juta atau sekitar Rp2,16 triliun untuk upayanya mengkomersialkan orbit rendah Bumi.