Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknogi (Kemendikbud Ristek) sudah mengumumkan enam warisan budaya tak benda, termasuk jamu, yang akan diajukan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) atau Intangible Cultural Heritage UNESCO 2022 pada Februari lalu.
Belum lama ini, Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu bersama Gabungan Pengusaha (GP) Jamu secara resmi menyerahkan dokumen nominasi Warisan Budaya Tak Benda kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (13/3) kemarin.
Dokumen ini merupakan persyaratan yang ditetapkan UNESCO bagi negara yang akan mengajukan nominasi WBTB, mencakup hasil riset, foto dan video dokumenter. Dokumen ini bakal dikirim ke UNESCO paling lambat 31 Maret oleh Kemendikbud.
Peneliti Erwin J Skripsiadi, mewakili Ketua Tim Kerja Nominasi Budaya Sehat Jamu mengatakan bahwa situasi pandemi seperti saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia untuk menominasikan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) ke UNESCO.
Tak hanya itu, Erwin juga menegaskan bahwa jamu juga bisa dijadikan minuman yang dikonsumsi untuk sehari-sehari. Hal ini ditunjukkan melalui budaya promotif yang dilakukan para penjual saat menjajakan jamu dengan cara berkeliling.
“Jamu gendong setiap pagi selalu melewati rute yang sama. Artinya, sebenarnya ini menunjukkan bahwa jamu itu minuman yang harus diminum setiap hari dan secara teratur. Jamu itu promotif, bukan cuma kreatif,” kata dia dilansir Antara.
Konsultan Penelitian dan Penulis Dokumen ICH-02 Gaura Mancacaritadipura juga menilai bahwa jamu bisa menjadi sumbangsih bangsa Indonesia pada kesehatan dunia.
Ia menjelaskan bahwa jamu telah menjadi warisan budaya tak benda dalam bentuk obat yang dimiliki bangsa Indonesia sejak lebih dari 1.200 tahun lalu dan hingga kini masih dikonsumsi oleh masyarakat.
“Ini merupakan sumbangsih bangsa Indonesia pada kesehatan dunia, sesuatu yang luar biasa di tengah zaman sekarang dengan banyaknya penyakit. Indonesia telah berusaha berbuat baik. Tentu saja ini harapan kita semua,” demikian Gaura.