in ,

Studi: Manusia Lebih Sering Tularkan Virus ke Hewan

Ilustrasi kucing sedang diperiksa. Foto: Shutterstock

Sebuah studi baru mengungkapkan manusia lebih sering menularkan kembali virus ke hewan daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini pun menurut peneliti dapat berimplikasi pada konservasi satwa liar serta kesehatan masyarakat.

Seperti dikutip dari The Independent, Senin (28/3/2022) selama pandemi, para ilmuwan menemukan bahwa virus corona yang menjadi penyebab Covid-19 dapat menyebar dari manusia ke hewan lain.

Di antaranya seperti hamster, cerpelai, macang tutul, singa dan harimau di kebun binatang. Sementara itu yang terbaru, penyebaran Covid-19 juga terjadi dari manusia ke rusa berekor putih liar di Amerika Serikat dan Kanada.

Untuk lebih memahami risiko penularan virus atau patogen dari manusia ke satwa liar, ilmuwan pun kemudian menganalisis laporan mengenai kejadian penularan kembali tersebut.

Peneliti menemukan setidaknya hampir 100 kasus berbeda yang menunjukkan bahwa penyakit telah melompat dari manusia kembali ke hewan liar.

“Untuk membantu mengatasi kejadian dan membantu membuat kebijakan di masa depan, kami menggali literatur untuk melihat bagaimana proses penularan terjadi di masa lalu,” kata Gregory Albery, penulis studi dari Universitas Georgetown.

Temuan bahwa manusia lebih sering tularkan virus ke hewan ini telah dilaporkan dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Ecology Letters. Studi tersebut mengungkapkan pula bahwa hampir setengah dari 97 insiden penularan virus terjadi di penangkaran seperti kebun binatang.

Dalam kasus tersebut, dokter hewan yang mengawasi kesehatan hewan di sana dengan cermat dan lebih mungkin memperhatikan ketika terjadi penularan virus pada hewan.

Sementara itu, kejadian penularan virus dari manusia ke primata menyumbang lebih dari setengah dari 97 kasus yang ditemukan. Hasil ini tak mengejutkan karena patogen lebih mudah berpindah di antara inang yang berkerabat dekat.

Lebih lanjut, peneliti mengatakan penularan virus kembali seperti itu dapat meningkatkan beban penyakit pada populasi hewan karena beberapa patogen manusia dapat menyebabkan morbiditas atau mortalitas pada hewan.

Selain itu, kekhawatiran utama kedua adalah adanya potensi limpahan sekunder dari hewan kembali ke populasi manusia sehingga mengancam kesehatan masyarakat. Peneliti pun berharap adanya penelitian lebih lanjut demi kesehatan masyarakat serta konservasi spesies lain yang terinfeksi.

Penelitian lanjutan untuk mengetahui penularan virus dari manusia ke hewan juga dapat membantu para ilmuwan untuk memprediksi spesies mana yang kemungkinan terinfeksi oleh manusia.

“Pemantauan jangka panjang membantu kami menetapkan dasar untuk kesehatan satwa liar dan prevalensi penyakit, meletakkan dasar penting untuk studi di masa depan. Jika kita mengamati dengan cermat, kita dapat melihat peristiwa penularan lintas spesies ini lebih cepat dan bertindak sesuai dengan itu,” kata Anna Fagre pemimpin studi dari Colorado State University di AS.