Teleskop luar angkasa Hubble baru saja menemukan bintang terjauh yang pernah diamati. Bintang tersebut jaraknya 28 miliar tahun cahaya dari Bumi.
Bintang ini memiliki nama resmi WHL0137-LS, tapi astronom yang menemukannya memberikan nama panggilan ‘Earendel’ dari bahasa Inggris kuno yang berarti ‘bintang pagi’ atau ‘cahaya terbit’. Ukuran bintang ini diyakini 50 sampai 500 kali lebih besar dari matahari dan jutaan kali lebih terang.
Ini merupakan bintang terjauh yang pernah dideteksi, hanya 900 juta tahun setelah Big Bang. Saking jauhnya, cahaya dari Earendel membutuhkan waktu 12,9 miliar tahun cahaya untuk mencapai Bumi.
Observasi ini mengalahkan rekor sebelumnya yang dicetak oleh Hubble, yaitu bintang Icarus yang memancarkan sinarnya 9,4 miliar tahun yang lalu atau 3,4 miliar tahun lebih muda ketimbang Earendel.
“Ketika cahaya yang kita lihat dari Earendel dipancarkan, alam semesta berusia kurang dari satu miliar tahun; hanya 6% dari usianya saat ini,” kata peneliti dari Cosmic Dawn Center Victoria Strait dalam keterangan resminya, seperti dikutip dari CNN, Senin (4/4/2022).
“Saat itu jaraknya 4 miliar tahun cahaya dari proto Bima Sakti, tapi selama hampir 13 miliar tahun cahaya yang dibutuhkan untuk mencapai kita, alam semesta telah berkembang sehingga sekarang jaraknya 28 miliar tahun cahaya,” sambungnya.
Dengan jarak sejauh itu, teleskop luar angkasa yang ada saat ini hampir tidak bisa mendeteksi bintang di deep space. Galaksi terluar terlihat seperti cahaya yang buram dari miliaran bintang yang ada di dalamnya.
Tapi alam semesta punya caranya sendiri untuk membuat bintang ini berhasil diamati, yaitu dengan gravitational lensing. Gravitational lensing terjadi ketika objek yang lebih dekat dengan teleskop berfungsi layaknya kaca pembesar untuk melihat objek yang lebih jauh.
Dalam kasus ini, penyusunan kluster galaksi bertindak sebagai kaca pembesar dan memperkuat cahaya Earendel hingga ribuan kali. Berkat gravitational lensing dan observasi Hubble selama sembilan jam, foto Earendel ini berhasil ditangkap.
“Biasanya pada jarak ini, seluruh galaksi terlihat seperti bercak kecil, dengan cahaya dari jutaan bintang yang menyatu,” kata astronom dari Johns Hopkins University Brian Welch. Welch memimpin studi tentang penemuan ini, yang diterbitkan di jurnal Nature.
“Galaksi yang menampung bintang ini telah diperbesar dan terdistorsi oleh gravitational lensing menjadi bulan sabit panjang yang kami beri nama Sunrise Arc,” imbuhnya.
Untuk memastikan bahwa Earendel benar-benar satu bintang, bukan dua bintang berdekatan, tim peneliti akan memanfaatkan teleskop James Webb yang baru saja diluncurkan. Webb juga bisa mengungkap temperatur dan massa bintang.
Astronom juga ingin mengetahui komposisi Earendel karena bintang ini terbentuk tidak lama setelah alam semesta dimulai. Teleskop Webb juga akan membantu astronom mencari bintang yang lebih jauh, mengalahkan temuan Hubble.
“Dengan Webb, kita mungkin melihat bintang yang lebih jauh dari Earendel, yang akan sangat menarik. Kami akan melihat ke masa lalu sejauh mungkin. Saya tidak sabar melihat Webb memecahkan jarak Earendel,” kata Welch.