in

20 Persen Lebih Reptil Dunia Terancam Punah, Ketahui Sebabnya

Ilustrasi reptil. Foto: The Spruce Pets

Setidaknya satu dari lima spesies reptil dunia terancam punah, termasuk lebih dari setengah penyu dan buaya. Hal tersebut terungkap berdasarkan dari penilaian global pertama terhadap mahluk berdarah dingin ini.

Penurunan keanekaragaman hayati di seluruh dunia, ini pun semakin dilihat sebagai ancaman bagi kehidupan di Bumi. Sama pentingnya dengan ancaman perubahan iklim yang terjadi.

Seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (28/4/2022) ancaman terhadap mahluk lain telah didokumentasikan dengan baik. Lebih dari 40 persen amfibi, 25 persen mamalia, dan 13 persen burung bisa menghadapi kepunahan.

Sementara hingga saat ini, peneliti belum memiliki gambaran yang komprehensif tentang proporsi reptil yang berisiko.

Dalam penilaian global baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature tersebut, para peneliti kemudian menilai 10.196 spesies reptil dan mengevaluasi mereka menggunakan kriteria dari Daftar Merah spesies terancam dari International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Hasilnya, mereka menemukan bahwa setidaknya 1.829 atau 21 persen reptil, rentan, terancam punah, atau sangat terancam punah.

“Ini melebihi jumlah spesies yang kita lihat terancam,” kata Neil Cox, pengelola Unit Penilaian Keanekaragaman Hayati Internasional IUCN yang ikut memimpin penelitian.

“Sekarang kita tahu ancaman yang dihadapi setiap spesies reptil. Dan komunitas global dapat mengambil langkah berikutnya, serta berinvestasi dalam membalikkan kondisi krisis keanekaragaman hayati yang terlalu sering dihargai, ” ungkap Cox.

Buaya dan kura-kura menjadi dua reptil yang ditemukan di antara spesies yang paling berisiko terancam punah, masing-masing sekitar 58 persen dan 50 persen. Cox menyebut hal ini terjadi lantaran eksploitasi berlebih dan penganiayaan.

Buaya dibunuh untuk diambil dagingnya dan dikeluarkan dari pemukiman manusia. Sementara penyu menjadi sasaran perdagangan hewan peliharaan dan digunakan untuk pengobatan tradisional.

Ancaman iklim

Sementara itu spesies terkenal lainnya yang berisiko adalah king kobra, ular berbisa terbesar di dunia. Panjangnya bisa mencapai sekitar lima meter, memangsa ular lain di hutan di wilayah yang luas dari India hingga Asia Tenggara.

“King kobra telah diklasifikasikan sebagai rentan menunjukkan ular sangat dekat dengan kepunahan,” papar Cox dalam konferensi pers terkait dengan penelitiannya tersebut.

King kobra merupakan spesies ikon di Asia dan amat disayangkan bahwa ular ini benar-benar menurun jumlahnya. Penebangan dan serangan yang disengaja oleh manusia termasuk di antara ancaman terbesar bagi ular tersebut.

Bruce Young, kepala zoologi di NatureServe, yang ikut memimpin penelitian, mengatakan reptil yang terancam sebagian besar ditemukan terkonsentrasi di Asia Tenggara, Afrika Barat, Madagaskar utara, Andes Utara, dan Karibia.

Sedangkan reptil yang hidup di habitat kering seperti gurun, padang rumput, dan sabana kurang terancam dibandingkan dengan yang hidup di habitat hutan.

Pertanian, penebangan, spesies invasif dan pembangunan perkotaan ditemukan menjadi salah satu ancaman bagi reptil, sementara orang juga menargetkan mereka untuk perdagangan hewan peliharaan atau membunuh mereka untuk makanan atau karena takut.

Selain itu perubahan iklim juga ditemukan menimbulkan ancaman langsung bagi sekitar 10 persen spesies reptil, meski peneliti mengatakan bahwa kemungkinan itu terlalu rendah karena tak memperhitungkan ancaman jangka panjang, seperti kenaikan permukaan laut atau penyakit yang timbul akibat perubahan iklim.

Young mengatakan, penilaian terhadap reptil ini bukanlah hal yang mudah. Ia menyebut ratusan ilmuwan di seluruh dunia terlibat dan membutuhkan waktu sekitar 15 tahu untuk menyelesaikannya.

“Reptil bagi banyak orang tidak karismatik. Peneliti lebih fokus pada beberapa spesies vertebrata lainnya,” katanya.

Ini mengapa, peneliti berharap penilaian baru ini akan membantu memacu tindakan dunia untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati lebih banyak lagi.

“Melalui penilaian seperti ini, kami ingin menunjukkan pentingnya makhluk-makhluk ini. Mereka adalah bagian dari pohon kehidupan, sama seperti yang lain dan sama-sama layak mendapat perhatian,” pungkas Young.