in

Dampak Jika Terlalu Banyak yang Kirim Satelit ke Luar Angkasa

Ilustrasi satelit. Foto: @copernicusEU

Pada saat ini, perusahaan satelit internet Starlink milik Elon Musk, Amazon (AMZN.O), operator China dan pihak-pihak lainnya sedang berlomba-lomba membangun konstelasi satelit di luar angkasa. Namun, menurut Inmarsat, perusahaan satelit di Inggris; rencana itu bisa jadi sangat berbahaya.

Pasalnya, satelit hanya punya waktu hidup lima sampai 10 tahun. Setelah mati, satelit lantas menjadi sampah antariksa yang berisiko tabrakan di luar angkasa atau bahkan jatuh ke Bumi dan berisiko menimpa manusia.

Oleh karena itu, Kepala Eksekutif Inmarsat, Rajeev Suri, pun menegaskan mengenai pentingnya koordinasi industri serta regulasi yang lebih baik saat mega konstelasi satelit diluncurkan.

Dia berkata bahwa rencana mega-konstelasi akan meletakkan puluhan ribu satelit baru dalam dekade ini. Padahal, kita belum benar-benar mengerti risiko yang bisa ditimbulkan dan belum memiliki seluruh teknologi yang dibutuhkan untuk menangani situasi yang mungkin terjadi secara efektif.

Meski begitu, Suri tetap menyambut baik inovasi terkait konstelasi satelit di orbit rendah Bumi. Sejauh ini, Starlink yang dimiliki SpaceX telah banyak meluncurkan jaringan satelit orbit rendah yang sangat besar untuk memancarkan internet.

Dilansir dari Reuters, Rabu (27/4/2022) perusahaan SpaceX milik Elon Musk sudah memiliki lebih dari 2.000 satelit kecil yang diproduksi secara massal di orbit. Perusahaan ini juga memiliki izin untuk meluncurkan 12.000 satelit lagi.

Selain SpaceX, perusahaan OneWeb yang didukung oleh pemerintah Inggris juga tengah membangun setidaknya 650 satelit jaringan pemancar internet. Kemudian, perusahaan Amazon berencana meluncurkan satelit prototipe pertamanya pada akhir tahun ini.

Adapun Inmarsat juga memiliki 14 satelit di orbit geostasioner, yang merupakan orbit dengan tingkat lebih tinggi. Perusahaan ini menyediakan layanan untuk pengiriman dan penerbangan bagi pemerintah, dan berencana untuk meluncurkan lebih banyak satelit kecil di orbit rendah Bumi.

Sementara itu, dilansir dari The Guardian, Jumat (22/4/2022) sejumlah peneliti juga menyampaikan kekhawatirannya terkait sampah luar angkasa, dari puing-puing konstelasi satelit.

Meski risiko jatuhnya puing-puing satelit cukup rendah, para peneliti memperingatkan bahwa dengan semakin banyaknya satelit yang memasuki atmosfer Bumi, maka potensi bahaya pun akan meningkat.

Dalam studi yang dipublikasikan tahun 2022 di jurnal Nature Astronomy, para peneliti berkata bahwa akumulasi sampah di orbit, seperti satelit yang tidak lagi berfungsi atau pendorong roket yang dibuang, akan berdampak pada berbagai bidang.

Selain satelit yang mengganggu penelitian astronomi, meningkatnya jumlah sampah luar angkasa akan memengaruhi akses publik ke bintang-bintang. Dengan demikian, manusia di Bumi hanya bisa melihat langit malam yang sudah tercemar satelit.

Oleh karena itu, perlindungan terhadap lingkungan di luar angkasa dinilai perlu diterapkan dengan sejumlah aturan yang ketat.

“Ini tentang mengenali bahwa masalah yang kita lihat di orbit sama dengan yang kita lihat ketika kita mengkhawatirkan daratan, lautan, dan atmosfer. Kita perlu menyatukan pikiran dan menemukan bagaimana kita bisa menyelesaikan masalah ini,” ujar penulis utama studi, Andy Lawrence.