in

Pakar: Nikuba Tak Berpengaruh Terhadap Kendaraan yang Masih Pakai BBM

Nikuba, konverter air menjadi sumber energi mesin motor. Foto: Detik

Pakar Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Moh. Nur Yuniarto mempertanyakan cara kerja Nikuba, alat yang diklaim bisa mengubah air menjadi sumber energi mesin sepeda motor.

Nur mengaku belum melihat secara langsung Nikuba yang saat ini kabarnya telah dipakai di 30 motor milik anggota TNI yang bertugas di Kodam III Siliwangi tersebut. Namun berdasarkan informasi yang diterima dari media, ia menyebut Nikuba tidak punya pengaruh signifikan terhadap kendaraan.

“Saya belum lihat alatnya seperti apa, kalau berdasarkan media alat itu menghasilkan hidrogen dari air yang disalurkan ke ruang pembakaran lalu jadi tenaga BBM. Berdasarkan lembaga-lembaga yang kredibel juga alat itu tidak bisa memberikan dampak yang cukup signifikan untuk mesin kendaraan,” kata Nur dikutip dari CNN, Rabu (11/5/2022).

Sebelumnya, Nikuba diklaim bisa membuat kendaraan menempuh perjalanan dari Cirebon ke Semarang yang berjarak 273 km hanya dengan 1 liter air yang sudah diproses elektrolisis. Nikuba, kependekan dari Niku Banyu, dibuat oleh warga Cirebon Aryanto Misel.

Hal ini diklaim bisa menghidupkan asa energi baru yang lepas dari ketergantungan pada BBM.

Nur juga mengungkapkan bahwa teknologi itu tak berguna jika masih membutuhkan bensin atau solar untuk menjalankan kendaraan.

“Dipastikan dulu, itu tetap pakai bensin tidak? Kalau masih pakai bensin, 1 liter air juga bisa keliling dunia karena dia tidak menghilangkan bensin atau solar di kendaraan,” lanjut dia.

Menyoal keamanan pemakaian Nikuba, Nur memastikan tidak akan terjadi korsleting listrik. Sebab daya yang dipakai kecil, yakni hanya 12 volt.

“Tidak perlu khawatir korsleting karena pakai listrik 13 volt yang diklaim untuk melalukan elektrolisasi hidrogen dari air. Kecuali alat yang sudah ada HHO Generator itu kalau dipakai dalam jangka panjang akan merusak mesin,” jelasnya.

“Untuk menjadi sebuah inovasi, Nikuba perlu diperdalam cara kerjanya seperti apa. Di sisi ilmu kekekalan energi maupun termodinamika sepertinya tidak sesuai,” terang Nur.