Stres berlebihan dapat mempengaruhi masalah kulit, salah satunya menyebabkan gatal. Dilansir Prevention, gatal psikogenik timbul karena kecemasan.
Stres menyebabkan alergi atau gatal, karena otak selalu berkomunikasi dengan ujung saraf di kulit. Hal ini, karena otak juga memberi sensasi gatal. Saat seseorang merasa gatal, otak mengaktifkan pusat sensorik, motorik, dan emosi.
Stres juga menyebabkan perubahan dalam tubuh, seperti fluktuasi hormonal dan perubahan sistem saraf. Perubahan yang menyebabkan sensasi yang tidak mengenakkan. Saat stres memengaruhi sistem saraf dapat menyebabkan gejala sensoris, salah satunya gatal pada kulit.
Gatal karena stres terasa di bagian mana pun, kaki, wajah, lengan, kulit kepala. Gejala alergi mungkin terasa sebentar, tapi juga bisa terjadi secara terus-menerus. Gatal juga menyebabkan kerusakan kulit, seperti berubah warna. Itu jika terlalu sering menggaruk atau menggosok bagian yang gatal yang berakibat iritasi.
Dilansir WebMD, stres juga memperburuk kondisi kulit yang mengerisik (psoriasis), rosasea, jerawat, dan eksim. Stres bisa memperburuk gejala.
Gangguan gatal psikogenik dipengaruhi faktor psikologis, namun belum jelas frekuensinya. Cara mengatasi gangguan gatal ini antara lain mengelola psikologis dan konsumsi obat (farmakologis).
Gatal hanya berhubungan dengan kulit. Sensasi tak nyaman mendorong keinginan untuk menggaruk mengarah pada kebutuhan menggaruk. Di otak, persepsi gatal tidak terbatas di area sensorik. Namun juga sensorik, motorik, afektif, dan precuneus.
Gatal karena stres dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Kondisi tersebut juga bisa diatasi secara mandiri di rumah. Perawatan rumah yang bisa Anda lakukan adala lain kompres air dingin.