Banyak orang yang mengaku dan bercerita bahwa mereka mengalami perjalanan lintas waktu atau time travel. Beberapa waktu lalu, di TikTok bahkan sempat ramai Javier yang disebut terjebak di tahun 2027.
Film-film pun banyak yang mengangkat isu soal perjalanan waktu, Indonesia pun juga punya salah satu yang terkenal ‘Lorong Waktu’. Film berkonsep penjelajah waktu memang cukup menarik, lantas bagaimana pendapat ahli fisika menanggapi hal ini?
Handikha S. Ramadhan, Ph.D, Dosen Fisika Universitas Indonesia mengatakan, meskipun ia berharap time travel tidak memungkinkan dengan alasan melanggar kausalitas, secara teori ternyata ini ada kemungkinannya.
“Ada di teori relativitas Einstein time travel itu dimungkinkan theoritically. Misalnya kalau di teori relativitas umum Einstein, kalau kita membuat closed timelike curve, maka kita go back to past. Itu theoritically,” kata Handhika yang mengambil gelar doktornya di Tufts University, dikutip dari Detik, Sabtu (28/5/2022).
“Ada penelitian yang serius, secara hukum fisika mungkin nggak kita membuat mesin waktu secara teori, bukan secara teknologi ya. Jika kita ingin membuat ruang dan waktu melengkung hingga membentuk closed timelike curve, kita membutuhkan materi yang eksotik. Exotic matter berupa materi yang punya negative pressure atau tekanan negatif,” sambungnya.
Secara umum, meski tidak ada materi eksotik yang bisa membuat closed timelike curve, secara kuantum ini memungkinkan. Stephen Hawking bahkan pernah menghitung kemungkinan pembuatan mesin waktu, hasilnya pun mengatakan secercah harapan, walau kemungkinannya kecil.
“Di paragraf terakhir paper-nya Hawking dia mengatakan, ‘it seems like law of physics conspire to prevent the violation of of causality’, kalau salah seperti itu. Hukum fisika yang ada, relativitas kuantum dan mekanika kuantum seolah berkonspirasi untuk melarang terjadinya time travel. Saya lebih condong berpegang pada teori itu, ya,” tutupnya.