in

Daging Kambing Kaya Nutrisi, Berikut Manfaat dan Efek Buruknya untuk Kesehatan

Ilustrasi daging sapi beku di dalam plastik. Foto: Shutterstock

Daging kambing kerap dikonsumsi dalam masakan Asia, Karibia, dan Timur Tengah. Daging kambing dianggap sebagai salah satu daging merah paling sehat, lebih rendah lemak jenuh dan kolesterol, namun lebih tinggi zat besi ketimbang daging merah atau putih lainnya. Daging kambing memiliki rasa kuat, lebih manis dari daging domba namun kurang manis dari daging sapi. Memasaknya dengan banyak rasa dan rempah membantu melengkapi rasa uniknya.

Daging kambing merupakan sumber nutrisi baik, termasuk protein, zat besi, vitamin B12, seng, dan kalium. Daging kambing juga merupakan sumber protein yang bagus, yang penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan dan otot.

Daging kambing juga menawarkan berbagai khasiat nutrisi yang bisa menjadi bagian dari diet sehat. Walaupun lemak mungkin tak menjadi masalah, makan terlalu banyak bisa mengakibatkan konsumsi energi total lebih banyak dari yang dibutuhkan. Karena daging kambing tak berlemak, ini merupakan sumber protein yang bagus dengan kalori lebih sedikit.

Daging kambing mengandung sekitar 1 gram lemak jenuh per 3 ons (85g), lebih rendah dari beberapa daging lainnya. Namun perlu diingat, mengkonsumi lemak jenuh dikaitkan dengan peningkatan kolesterol “jahat”, atau low-density lipoprotein (LDL), dalam darah. Selain itu, daging kambing juga mengandung sekitar 3,2 mg zat besi per 3 ons (85 gram). Ini hampir dua kali lipat jumlah zat besi yang ditemukan dalam daging sapi tanpa lemak (1,8 mg), dan dada ayam (0,42 mg).

Walau komposisi nutrisi daging kambing tampaknya lebih unggul dari beberapa jenis daging merah lainnya, makan terlalu banyak daging merah tetap saja bisa meningkatkan risiko kanker. Namun, ini hanya sebagian besar didasarkan pada studi observasional pada manusia. Penelitian hanya menunjukkan korelasi dan bukan penyebab antara daging merah dan kanker.

Saat daging merah hangus atau dimasak “matang” pada suhu sangat tinggi, ini bisa menyebabkan pembentukan amina heterosiklik (HCA) dan amina polisiklik (PAH). HCA dan PAH merupakan bahan kimia yang diduga meningkatkan risiko kanker pada manusia. Namun, pembentukan HAA dan PAH mungkin terkait dengan proses memasak ketimbang jenis daging yang dimasak.