Sebuah hasil studi baru-baru ini mengungkap fosil burung nasar. Fosil burung nasar Cryptogyps lacertosus artinya burung pemakan bangkai yang kuat dan tersembunyi, merupakan burung bangkai purba pertama yang ditemukan di Australia.
Penelitian terkait telah dipublikasikan di Zootaxa. Burung tersebut hidup antara 500 hingga 50.000 tahun yang lalu dan dikenal sebagai burung nasar ‘Dunia Lama’. Spesies serupa masih ada sampai sekarang, meskipun tak lagi dijumpai di Australia.
Temuan fosil ini pun sebenarnya cukup menarik bagi para ilmuwan. Pasalnya, selama lebih dari 100 tahun, ahli paleontologi berpikir bahwa itu merupakan fosil elang (Taphaetus lacertosus). Namun berkat studi ulang fosil, akhirnya berhasil terungkap bahwa fosil merupakan burung pemakan bangkai.
Klasifikasi ulang ini pun menyoroti betapa beragamnya megafauna dan satwa liar lainnya di bagian dunia ini pada periode Pleistosen yang dimulai sekitar 2,5 juta tahun lalu dan berakhir sekitar 11.700 tahun yang lalu.
“Kami membandingkan fosil dengan burung pemangsa dari seluruh dunia dan menjadi jelas bahwa itu tak diadaptasi menjadi pemburu dan juga bukan merupakan elang,” kata Ellen Mather, ahli paleontologi dari Flinder University, Australia, dikutip dari Science Alert, Jumat (22/7/2022).
Kecurigaan itu terlihat dari fitur tulang kaki bagian bawah terlalu ke belakang untuk mendukung otot yang diperlukan untuk membunuh mangsa.
“Ketika kami menempatkan Cryptogyps di pohon evolusi, ini mengonfirmasi kecurigaan kami bahwa fosil burung adalah burung pemakan bangkai dan kami sangat bersemangat untuk mempublikasikan temuan ini,” ungkap Mather.
Tulang pertama Cryptogyps lacertosus sebenarnya sudah ditemukan pada tahun 1901 dengan penemuan bagian pertama dari fosil yang berupa fragmen tulang sayap. Fosil ditemukan di dekat Kalamurina Homestead di Sungai Warburton, Australia Selatan.
Namun saat itu, fosil diidentifikasi sebagai kerabat elang ekor baji yang telah punah. Baru pada akhir abad ke-20, ahli paleontologi Australia mulai curiga bahwa fosil mungkin merupakan burung nasar daripada elang.
Pada masanya, burung nasar ini hidup bersama dengan elang ekor baji dan binatang darat lain berukuran besar seperti herbivora berkantung Diprotodon dan singa berkantung Thylacoleo yang keduanya telah punah.
“Penemuan ini memecahkan misteri tentang apa yang terjadi pada begitu banyak bangkai megafauna ketika benua ini tak memiliki burung nasar. Sekarang kita tahu mereka ada di sini dan tersembunyi di depan mata,” papar Trevor Worthy, paleontolog dari Flinder University.
Kesimpulan lain dari penelitian adalah menggambarkan bahwa keragaman burung pemangsa di Australia jauh lebih besar daripada sekarang.
Selain itu para peneliti menyebut, bahwa kepunahan burung nasar akan memiliki implikasi ekologis yang besar karena burung bangkai memainkan peran penting dalam mempercepat pembusukan bangkai dan mengurangi penyebaran, dan sekarang tak ada yang tersisa di Australia.
“Hilangnya Cryptogyps bisa menyebabkan pergolakan drastis dalam fungsi ekosistem untuk waktu yang sangat lama karena spesies lain berebut untuk mengisi ceruknya,” lanjut Worthy.