Penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease) merupakan penyakit yang sering menjadi perbincangan. Dilansir dari laman Rumah Sakit Hermina Bogor, penyakit GERD termasuk penyakit kronis pada sistem pencernaan lambung. Kondisi ini dapat terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan).
Hal tersebut menyebabkan perut dan kerongkongan di dalam tubuh seperti pahit dan mual bahkan yang parah bisa menyebabkan rasa seperti kebakar. Banyak yang mengkondisikan bahwa penyakit GERD disebabkan karena ‘telat makan’. Padahal hal tersebut tidaklah 100% benar, karena hal ini berkaitan dengan puasa.
Menurut dr. Muhammad Miftahussurur, M.Kes., Sp.PD-KGEH., Ph.D, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga bahwa pada pasien lambung dengan sebab tidak jelas mendapat manfaat karena puasa. Karena di saat berpuasa, lambung akan menurunkan produksi asam lambung. Usus besar lebih banyak menyerap air untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Penelitian terbaru Rumah Sakit Massachusetts yang dirilis pada tanggal 5 Januari 2021, menyebutkan bahwa faktor utama GERD disebabkan oleh gaya hidup seseorang. 5 gaya hidup yang paling mempengaruhi timbulnya GERD, antara lain obesitas (karena terlalu banyak mengkonsumsi gula dan junk food), merokok, jarang berolahraga, sering mengkonsumsi kopi dan teh serta minuman bersoda.
Dalam penelitian tersebut, dokter Rumah Sakit Massachusetts, Andrew Chan, MD, MPH, mengatakan banyak pasien di Amerika Serikat bisa menurunkan gejala penyakit GERD tanpa obat-obatan dan bahkan sembuh dengan mengubah gaya hidup secara bertahap. Selain itu Andrew Chan, MD, MPH, menambahkan “Pengobatan penyakit GERD hanya untuk menghilangkan rasa sakit dan efek tidak nyaman yang ditimbulkan, sedangkan mengontrol gaya hidup dapat mengurangi gejala bahkan menyembuhkan penyakit GERD secara perlahan.”