in

Pentingnya Zat Besi bagi Perkembangan Anak

Zat besi (Foto: Pinterest)
Zat besi (Foto: Pinterest)

Bagi para orang tua khususnya ibu-ibu, melihat perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi kebahagiaan tersendiri. Apalagi anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik, utamanya sehat. Masa krusial perkembangan dan pertumbuhan anak-anak, terjadi di usia 0-5 tahun atau sebelum menginjak usia balita.

Nutrisi selama masa menyusui sampai MPASI (Makanan Pendamping ASI), nantinya yang akan mempengaruhi kondisi anak di usia balita. Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi balita adalah kecukupan nutrisi. Kecukupan nutrisi tidak hanya dilihat dari konsumsi 4 sehat 5 sempurna. Harus dilihat dari komposisi nutrisi yang dibutuhkan anak.

Pentingnya zat besi bagi tubuh anak

Jika pada usia 0-5 tahun, nutrisi yang dibutuhkan anak kurang, pada usia balita dan seterusnya bisa timbul berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang paling sering dialami balita adalah defisiensi zat besi atau kekurangan zat besi.

Dilansir dari Harvard T.H. Chan, School of Public Health, zat besi merupakan komponen terbesar hemoglobin di dalam tubuh. Zat besi merupakan protein yang berada di dalam darah yang menyalurkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Artinya, jika seseorang kekurangan zat besi, badan akan terasa cepat lelah.

Selain itu, zat besi sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan otak anak. Anak yang mengalami defisiensi zat besi, bisa menyebabkan penurunan daya konsentrasi. Umumnya, balita yang kekurangan zat besi terjadi karena faktor bawaan yang dialami ibunya saat hamil. Untuk itu sangat penting bagi ibu hamil untuk melakukan tes kadar zat besi di dalam tubuh sesuai anjuran Dokter Spesialis Kandungan.

Cara mengetahui kadar zat besi

Untuk mengetahui kadar zat besi di dalam tubuh anak usia 0-5 tahun, biasanya Dokter Spesialis Anak (DSA) akan melakukan pengecekan secara klinis terlebih dahulu. DSA akan menanyakan perihal riwayat ibu dari anak saat hamil dan kondisi anak dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kemudian dihubungkan dengan berat dan tinggi badan. Jika secara klinis tidak akurat, biasanya DSA akan merujuk anak untuk dilakukan tes ferritin.

Bagi penderita defisiensi zat besi terutama anak-anak, banyak makanan dan minuman yang dapat meningkatkan kadar zat besi. Diantaranya daging merah, seafood, kacang-kacangan, gandum, serta sayuran hijau seperti brokoli dan bayam. Minuman seperti jus seledri juga dapat menurunkan risiko defisiensi zat besi.