Firewalking atau berjalan di atas bara api ternyata telah mengakar pada beberapa kebudayaan di berbagai belahan dunia. Tetapi rujukan yang paling awal mengatakan bahwa tradisi ini berasal dari India sekitar 1200 SM.
Meski awalnya firewalking adalah bagian dari komponen spiritual, kini aktivitas ini juga menjadi atraksi yang sering dipertontonkan ke publik. Lalu, bagaimana orang yang berjalan di atas bara api tidak terbakar? Ternyata hal ini bisa dijelaskan dengan ilmu fisika dan fisiologis.
Dikutip dari laman Science ABC, ada beberapa hal yang mungkin perlu dilihat dari dekat soal aktivitas ini. Pertama, bara api akan dinyalakan dengan arang jauh sebelum atraksi dilakukan, dan membiarkannya menajdi bara yang tidak menyala. Jadi poin pentingnya mereka tidak berjalan di atas api, tetapi di atas bara api.
Kedua, kayu keras dan arang yang biasa digunakan dalam firewalking adalah penyekat panas yang baik. Ketiga, jalur pejalan kaki yang biasanya digunakan para firewalker ini seringkali tertutup abu. Di siang hari, lapisan ini pasti akan terlihat sangat jelas.
Hanya saja, karena kebanyakan acara dilakukan pada malam hari, abu jadi berkilau seperti api. Terlebih lagi, abu juga merupakan penghantar panas yang buruk dan membantu memperlambat perpindahan panas dari batu bara ke kaki.
Faktor penting terakhir adalah lamanya waktu kaki bersentuhan dengan bara. Triknya adalah berjalan cepat namun jangan berlari, berlari hanya akan mendorong kaki lebih dalam ke bara api dan menyebabkan luka bakar. Jadi firewalker akan berjalan dengan setiap langkahnya kurang dari setengah detik.
Meski bisa dilakukan dengan trik yang tepat, namun, firewalking masih bisa jadi hal yang amat berbahaya jika tidak melakukan teknik dan perawatan yang tepat.