Sleepwalking atau tidur sambil berjalan merupakan salah satu gangguan yang bisa membahayakan. Memang kasus sleepwalking jarang ditemukan, dan biasanya terjadi dalam skala yang tidak membahayakan. Skala membahayakan dalam konteks sleepwalking bisa berdampak bagi penderitanya maupun orang di sekitarnya.
Menurut Mayo Clinic, sleepwalking atau somnambulisme merupakan kondisi di mana seseorang terbangun dan berdiri dari tempat tidur dalam keadaan tidur. Biasanya sleepwalking terjadi pada anak-anak dan remaja, walau tidak menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa.
Sleepwalking termasuk gangguan yang tidak berbahaya, tetapi bisa menyebabkan kualitas tidur penderitanya dan harus segera ditangani.
Fase sleepwalking terjadi saat Non Rapid Eye Movement 3 (NREM-3) atau fase tidur lelap, di mana seseorang berada di kondisi tidur yang lelap sehingga tubuh kurang responsif terhadap lingkungan sekitar, seperti suara maupun sentuhan. Hal itu mengapa penderita gangguan sleepwalking tidak pernah sadar setelah bangun di pagi hari.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang sleepwalking antara lain stres, kurang tidur, dan demam. Secara medis, sleepwalking tidak bisa sembuh 100%, karena mengacu pada aktivitas sehari-hari. Tetapi, gangguan sleepwalking bisa diminimalisir dengan penanganan yang tepat oleh dokter.
Waktu yang tepat bagi penderita sleepwalking untuk mengunjungi dokter adalah saat sleepwalking terjadi sering atau 2 kali dalam seminggu.
Biasanya psikiater akan memberikan obat dan mengatur pola tidur yang baik dalam menangani penderita sleepwalking. Karena banyak kasus sleepwalking terjadi akibat dari stres dan kurang tidur.