Lebaran atau Idul Fitri memiliki arti penting dalam budaya mayoritas Muslim Sunni di Afganistan dan dirayakan secara luas selama tiga hari penuh. Di kalangan masyarakat berbahasa Pashto sendiri Idul Fitri disebut sebagai Kochnai Akhtar.
Persiapan Hari Raya Idul Fitri dimulai dengan kebiasaan warga Afghanistan pada sepuluh hari sebelumnya dengan membersihkan rumah mereka, yakni tradisi Khana Takani. Orang Afghanistan kemudian mengunjungi pasar lokal untuk membeli permen, makanan ringan, dan pakaian baru.
Suguhan istimewa yang disajikan kepada para tamu saat perayaan Idul Fitri adalah Shor Nakhod yang dibuat dengan buncis, Jalebi dan Cake wa Kolcha yang merupakan kue sederhana, mirip dengan kue pound.
Pada hari Idul Fitri, warga Afghanistan akan melakukan salat Idul Fitri terlebih dahulu dan kemudian berkumpul di rumah mereka bersama keluarga.
Biasanya, mereka akan saling menyapa dengan mengucapkan “Selamat Idul Fitri,” dan biasanya menambahkan “Eid Mubarak Roza wa Namazet, Qabool Dakhel Hajiha wa Ghaziha,” yang berarti “Selamat Idul Fitri untukmu, semoga doa dan puasa kamu diakui oleh Tuhan, dan semoga kamu cepat ke Tanah Suci atau Mekkah.
Tetua dalam keluarga akan membagikan hadiah dan uang kepada anak-anak. Kunjungan keluarga dan teman juga merupakan kebiasaan yang mungkin sulit dilakukan pada waktu-waktu lain dalam setahun. Anak-anak berjalan dari pintu ke pintu dan mengucapkan “Khala Eid Mubarak” dan mereka menerima kue atau pala.