Kolonialisme Belanda membawa pengaruh besar di segala bidang, bidang kuliner misalnya. Sebagian besar masakan Belanda diadopsi oleh penduduk asli, dan sebaliknya. Perpaduan budaya kuliner merupakan wujud tidak langsung dari gesekan kedua negara yang berlangsung lama.
Perwujudan yang paling jelas adalah kue nastar. Kue ini dipopulerkan oleh Belanda. Mereka menyajikan kue nastar untuk hari-hari besar.
Penduduk lokal tidak mau kalah. Mereka juga turut menyajikan sajian kue nastar untuk hari besar, Idul Fitri misalnya. Kue ini menjadi favorit saat Lebaran di seluruh Tanah Air. Saking populernya, nastar tak pernah absen mengisi meja tamu di hari Lebaran.
Kemudian ada sentuhan pemukim Portugis dengan kehadiran nastar di Nusantara. Mereka berperan besar membawa bibit nanas ke Asia.
Olahan nanas juga menjadi populer di Asia, Nusantara khususnya. Portugis menghasilkan banyak resep baru untuk pengolahan nanas. Kehadiran nanas menjadi alasan mengapa orang Portugis sering membuat pai nanas.
Pai nanas yang menjadi favorit orang Portugis ini mulai dinikmati orang Belanda. Namun pai nanas tidak bertahan lama setelah dimasak. Sedangkan orang Belanda menginginkan kue tersebut bertahan lama.
Akhirnya muncul ide untuk membuat ananas taart. Ananas dalam bahasa Belanda artinya nanas, tart artinya kue.
Saat itu, orang Portugis hanya memasak dengan menambahkan irisan nanas ke kari, seperti ke kari ikan asam manis. Kemudian, mereka mulai berinovasi dengan membuat kue nastar nanas yang tidak disangka-sangka ternyata menjadi camilan populer.