Doenjang merupakan pasta kedelai fermentasi yang penting dalam bahan dasar masakan Korea. Sejarah doenjang sangat panjang dan telah menjadi bagian dari budaya kuliner Korea selama berabad-abad.
Doenjang berasal dari praktik fermentasi yang sangat kuno di Korea, yang diperkirakan telah ada sejak zaman Tiga Kerajaan, yaitu 57 SM – 668 M.
Pada masa lalu, orang Korea menggunakan fermentasi untuk mengawetkan makanan, terutama selama musim dingin ketika bahan makanan segar terbatas.
Awalnya fermentasi kedelai digunakan untuk mengawetkan biji kedelai dan mengubahnya menjadi makanan yang tahan lama. Doenjang adalah salah satu produk fermentasi kedelai yang paling populer.
Seiring berjalannya waktu, teknik fermentasi menjadi semakin canggih dan rumit. Orang Korea mulai mencampur biji kedelai dengan garam laut dan meletakkannya dalam wadah fermentasi khusus yang disebut jangdok atau wadah untuk fermentasi.
Proses fermentasi ini menghasilkan doenjang yang memiliki rasa, aroma dan tekstur yang khas. Doenjang telah menjadi salah satu bahan dasar dalam berbagai hidangan Korea, seperti sup, saus dan bumbu.
Digunakan dalam hidangan-hidangan seperti doenjang-jjigae atau sup pasta kedelai, ssamjang atau sambal pasta kedelai dan banyak hidangan tradisional lainnya.
Doenjang juga memiliki peran budaya dan sosial yang penting dalam kehidupan Korea. Proses fermentasinya yang memakan waktu mempromosikan budaya kesabaran dan kehati-hatian.
Selain itu doenjang juga menjadi simbol kebersamaan dan persatuan, terutama dalam budaya keluarga dan makan bersama.
Meskipun teknologi modern telah membuat doenjang lebih mudah diproduksi secara massal, banyak orang Korea masih memilih untuk membuat doenjang sendiri dengan cara tradisional untuk menjaga tradisi dan rasa yang otentik.
Dalam sejarahnya doenjang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masakan Korea dan kehadirannya masih sangat ada dalam masakan dan budaya Korea hingga saat ini.