Ketertarikan serangga akan cahaya buatan bisa dibilang seperti obsesi. Serangga seperti nyamuk dan ngengat, tetap akan terbang di sekeliling lampu bahkan ketika itu mendatangkan resiko dimangsa oleh predator.
Menariknya, Avalon Owens, peneliti di Universitas Harvard menyebut cahaya buatan ini bahkan bisa mengalihkan para serangga dari tujuan yang lebih penting seperti makan dan bereproduksi. Tetapi, mengapa cahaya buatan punya pesona luar biasa bagi serangga?
Ada banyak teori untuk menjawab pertanyaan ini. Beberapa menyebut bahwa serangga menggunakan lampu seperti menggunakan cahaya bulan untuk navigasi saat gelap. Lain lagi dengan teori dari peneliti tahun 1965 yang berhipotesis jika cahaya sebenarnya meniru hormon feromon, meski teori itu tak terbukti.
Namun, Owens dan rekan sejawatnya menguji sebuah hipotesis baru yang membuatnya sampai pada suatu teori. Serangga terbang menuju cahaya sebagai bentuk penyesuaian diri. Di mana terang berarti ke atas, dan gelap berarti ke bawah.
“Sulit bagi mereka (serangga) menggunakan gravitasi untuk mengetahui di mana tubuh mereka berada, karena mereka hanya ‘berenang’ di udara. Tiba-tiba, separuh alam semesta yang diterangi cahaya tidak berada di tempat yang Anda harapkan,” ungkap Owen seperti dikutip dari Live Science