in

Mengapa Pria Lebih Lebih Berisiko Mengalami Kebotakan daripada Wanita?

Ilustrasi Kebotakan. Foto: Freepik

Kebotakan menjadi masalah umum yang kerap menghantui banyak pria, sedangkan wanita tampaknya lebih terhindar dari kerugian rambut yang signifikan. The American Hair Loss Association menemukan bahwa alopecia androgenetika atau MPB (Male Pattern Baldness) menjadi penyebab utama kerontokan rambut pada pria, mencapai lebih dari 95 persen.

Genetika mempunyai peran kunci

Menurut laporan dari Science ABC pada Senin (25/9/2023), pola kebotakan pada pria diakui sebagai sifat genetik yang kompleks. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak gen, termasuk gen AR (Gen Reseptor Androgen) yang terletak pada kromosom X. Gen AR mencodes protein yang disebut Reseptor Androgen, bertanggung jawab dalam perkembangan organ seksual dan ciri-ciri fisik pria. Reseptor Androgen mendeteksi hormon testosteron dan dihidrotestosteron (DHT), kedua-duanya dikenal sebagai hormon pria, dan sangat mempengaruhi folikel rambut.

DHT, turunan dari testosteron, memiliki kemampuan membuat folikel rambut menyusut dan rambut menjadi semakin tipis, dikenal sebagai miniaturisasi folikel rambut. Pewarisan genetik menjelaskan mengapa kebotakan lebih umum terjadi pada pria. Pria menerima satu kromosom X dari ibu dan satu kromosom Y dari ayah, memberi mereka peluang lebih besar untuk menerima gen terkait kebotakan dari sisi ibu mereka.

Tidak semua pria mengalami kebotakan total

Meskipun banyak pria membawa gen terkait kebotakan, tidak semua dari mereka akan mengalami kerontokan rambut total. Beberapa gen terlibat, dan interaksi antara mereka akan menentukan sejauh mana rambut akan hilang.

Wanita: Lebih terlindungi dari kebotakan

Di sisi lain, produksi DHT dan testosteron pada wanita umumnya lebih rendah daripada pada pria. Tingkat hormon estrogen dan progesteron yang lebih tinggi pada wanita berperan melindungi folikel rambut dan memastikan fungsi mereka tetap optimal. Kerontokan rambut pada wanita biasanya terjadi selama atau setelah masa menopause, saat kadar hormon estrogen dan progesteron menurun secara signifikan, yang juga dapat menjadi tanda menurunnya tingkat kesuburan mereka, seperti yang dijelaskan oleh University of Melbourne pada Senin (25/9/2023).

Dengan pemahaman lebih lanjut tentang peran genetika dan faktor hormonal, mungkin kita dapat mengembangkan solusi yang lebih efektif untuk mengatasi masalah kebotakan pada masa depan.