in

Apakah Satwa Laut Punya Kebiasaan Buang Air Kecil Seperti Hewan Darat?

Ilustrasi. Foto: Pixabay

Dalam dunia satwa laut, pertanyaan menarik muncul: Apakah mereka juga buang air kecil di laut? Meskipun kita lebih akrab dengan kebiasaan buang air kecil hewan darat, satwa yang hidup di lautan ternyata juga memiliki cara unik untuk mengeluarkan limbah. Sebuah studi mendalam mengenai urin hewan laut mengungkapkan peran pentingnya dalam ekosistem laut global.

Manfaat urin satwa laut

Menurut penelitian yang dilaporkan oleh Science ABC pada Selasa (7/3/2023), urin hewan laut memainkan peran kunci dalam siklus nutrisi lautan. Sebagai contoh, paus biru, hewan laut terbesar di Bumi, memiliki berat hingga 200 ton dan dapat mengeluarkan antara 200-300 galon urin setiap hari. Saat paus biru makan di kedalaman laut, mereka akan buang air kecil lebih dekat ke permukaan, membantu mengangkut nutrisi dari kedalaman laut ke permukaan.

Endapan urin dari satwa laut, terutama paus, berfungsi sebagai pupuk yang mendukung pertumbuhan fitoplankton. Fitoplankton, sebagai fondasi mikroskopis kehidupan laut, memanfaatkan nitrogen, fosfor, dan zat lain dalam urin sebagai sumber nutrisi ideal. Jutaan galon urin satwa laut ini setiap hari secara tak terduga membantu menjaga keseimbangan siklus kehidupan laut.

Urin dari ikan-ikan kecil juga memberikan dampak positif di lingkungan mereka. Ketika ikan kecil buang air kecil di dekat terumbu karang, nutrisi dalam urin mereka diserap oleh karang dan makhluk-makhluk di sekitarnya. Ini melibatkan nitrogen, fosfor, asam amino, dan mineral lain yang mendukung pertumbuhan terumbu karang.

Limbah manusia di laut mengganggu ekosistem laut

Meskipun satwa laut menggunakan lautan sebagai tempat pembuangan alaminya, manusia justru menggunakan laut sebagai tempat pembuangan limbah. Sayangnya, limbah manusia memiliki konsentrasi yang dapat merusak ekosistem laut. Efek polusi, pembuangan, perubahan iklim, dan penangkapan ikan berlebihan menyebabkan penurunan populasi laut dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.

Seiring dengan dampak buruknya, sekitar 50 persen kehidupan laut telah musnah dalam 40 tahun terakhir. Hal ini menyiratkan bahwa 50 persen urin bermanfaat di laut juga telah hilang, memperlambat proses pemulihan dari bencana iklim atau dampak ulah manusia. Misalnya, pemutihan terumbu karang yang meluas membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih ketika populasi ikan dan satwa laut menyusut.

Dengan demikian, sementara satwa laut memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut, penting bagi manusia untuk merenungkan dampak limbah mereka pada lautan dan berupaya untuk menjaga kelestarian lingkungan laut.