in

Kenapa Kafein Bisa Memicu Asam Lambung Naik?

Bubuk kopi. Foto: Freepik
Bubuk kopi. Foto: Freepik

Kafein adalah senyawa kimia yang terdapat dalam kopi, teh, minuman berenergi, dan beberapa jenis minuman lainnya. Salah satu efek samping yang sering dikaitkan dengan konsumsi kafein adalah peningkatan produksi asam lambung dalam lambung.

Selain ditemukan dalam minuman, kafein juga ada dalam kandungan cokelat. Meski begitu, cokelat mengandung kafein dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan kopi atau teh, tetapi masih dapat memberikan dorongan energi yang ringan.

Meski bisa meningkatkan energi dan menghilangkan kantuk, kafein juga bisa memicu asam lambung naik sehingga membuat perut kita terasa tidak nyaman.

Kafein adalah agen stimulan yang merangsang produksi asam lambung

Melansir dari Healthline, konsumsi kafein berkaitan dengan efek yang ditimbulkan dalam sistem pencernaan. Ketika seseorang mengonsumsi kafein, senyawa ini dapat merangsang produksi asam lambung oleh sel-sel dalam dinding lambung yang disebut sel parietal.

Stimulasi ini terjadi karena kafein bertindak sebagai agen stimulan pada sistem saraf pusat, yang kemudian mengirim sinyal ke sistem saraf otonom tubuh, yang mengatur fungsi organ-organ dalam tubuh, termasuk pencernaan.

Selain itu, kafein juga dapat merangsang pelepasan hormon gastrin. Gastrin adalah hormon yang merangsang produksi asam lambung oleh sel-sel parietal di lambung. Kafein meningkatkan sekresi gastrin, yang pada gilirannya merangsang produksi asam lambung.

Sementara itu, konsumsi kafein juga dapat mengendurkan otot sfingter esofagus bawah yang merupakan katup yang memisahkan kerongkongan dari lambung. Ketika otot ini melemah, asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan. Hal ini menyebabkan gejala seperti rasa terbakar atau ketidaknyamanan pada dada yang dikenal sebagai refluks asam.

Kafein memiliki efek diuretik

Selain itu, kafein juga memiliki efek diuretik yang dapat meningkatkan produksi urine. Ini dapat mengurangi volume cairan dalam lambung yang secara tidak langsung dapat meningkatkan keasaman lambung dan memicu refluks asam.

Salah satu mekanisme utama di balik efek diuretik kafein adalah pengaruhnya terhadap hormon antidiuretik (ADH) atau juga dikenal sebagai vasopressin. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar hipofisis posterior di otak dan bertanggung jawab untuk mengatur jumlah air yang disimpan oleh tubuh.

Jadi, efek diuretik kafein berpengaruh pada produksi asam lambung dan urine. Karena menghambat pelepasan ADH, pada akhirnya kafein mendorong ginjal memproduksi lebih banyak urine dan mempercepat pembuangan air dari tubuh.

Meski demikian, reaksi individual terhadap kafein dapat bervariasi. Beberapa orang mungkin lebih sensitif terhadap efek kafein pada produksi asam lambung, sementara yang lain mungkin tidak merasakan efek yang sama. Pola makan dan kondisi kesehatan tertentu juga dapat memengaruhi seberapa besar kafein mempengaruhi produksi asam lambung seseorang.

Manfaat kafein untuk kesehatan

Di balik efek sampingnya, kafein juga memberikan sejumlah manfaat untuk kesehatan tubuh. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa kafein dapat memiliki manfaat bagi kesehatan jika dikonsumsi dengan bijak. Berikut beberapa manfaat potensial dari konsumsi kafein:

  • Meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi: Kafein dapat menghambat aktivitas neurotransmitter adenosin dalam otak sehingga meningkatkan aktivitas neurotransmitter lain seperti dopamine dan norepinefrin. Alhasil, kita bisa lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu setelah mengonsumsi kafein.
  • Mengurangi risiko penyakit parkinson: Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi kafein dapat terkait dengan penurunan risiko terkena penyakit Parkinson. Kafein diyakini memiliki efek protektif terhadap neuron dopaminergik dalam otak, yang terkait dengan penyakit ini.
  • Mengurangi risiko penyakit alzheimer: Beberapa studi observasional telah menunjukkan bahwa konsumsi kafein secara teratur dapat terkait dengan penurunan risiko terkena penyakit Alzheimer. Kafein diyakini dapat melindungi otak dari pembentukan plak beta-amiloid yang terkait dengan penyakit Alzheimer.