Kaki bengkak seringkali menjadi masalah yang mengganggu bagi banyak orang. Pembengkakan ini bisa terjadi karena berbagai alasan, mulai dari cedera hingga kondisi medis tertentu.
Dalam upaya untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mempercepat pemulihan kaki bengkak, banyak orang cenderung mencari berbagai cara untuk meredakannya, seperti melakukan pijatan atau mengurut pada kaki yang bengkak.
Namun, apakah benar kaki yang bengkak tidak boleh diurut? Yuk, simak penjelasan di bawah ini.
Kenali penyebab kaki bengkak
Pijatan atau urut seringkali dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk meredakan pembengkakan kaki. Pijatan dapat membantu memperlancar aliran darah, mengurangi retensi cairan, dan mengurangi ketegangan otot yang mungkin menyebabkan pembengkakan. Selain itu, pijatan juga dapat memberikan efek relaksasi yang menyenangkan bagi tubuh.
Meskipun pijatan bisa menjadi cara yang efektif untuk mengatasi pembengkakan kaki, tetapi harus mengetahui penyebab terjadinya kaki bengkak agar menghindari memperburuk kondisi kaki yang bengkak. Ada beberapa situasi di mana mengurut kaki yang bengkak tidak dianjurkan.
Contohnya adalah ketika pembengkakan disebabkan oleh cedera serius seperti patah tulang atau cedera jaringan lunak yang parah. Dalam kasus-kasus ini, pijatan yang tidak tepat dapat memperburuk cedera atau memperparah kondisi yang sudah ada.
Penyebab kaki bengkak dan cara mengatasinya
1. Edema
Edema merujuk pada kondisi medis di mana terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan tubuh, menyebabkan pembengkakan. Umumnya, pembengkakan ini terjadi pada kaki, tetapi juga bisa terjadi pada bagian tubuh lain seperti wajah atau perut.
Selain pembengkakan kaki, edema juga dapat menimbulkan beberapa gejala lain. Misalnya, kulit yang terkena dapat terlihat mengkilap dan meregang, merasakan nyeri serta mungkin terasa lebih tebal atau terasa kencang, dan bisa saja meninggalkan jejak bekas ketika ditekan.
Pembengkakan pada kaki yang disebabkan oleh edema biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun, untuk membantu mempercepat proses pemulihannya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seperti mengurangi asupan garam dan makan makanan yang kaya akan potassium, seperti pisang dan buah-buahan segar lainnya, dapat membantu mengurangi retensi cairan.
Cara lainnya mengatasi edema dengan minum air yang cukup, mengenakan stoking penyangga kaki, dan duduk atau berbaring dengan posisi kaki lebih tinggi dari dada dapat membantu memperbaiki aliran cairan dari kaki kembali ke jantung.
2. Preeklampsia
Jika mengalami pembengkakan yang mendadak dan parah selama hamil, bisa jadi itu merupakan gejala preeklamsia. Preeklamsia dapat muncul baik selama kehamilan maupun setelah persalinan. Gejalanya seperti adanya protein dalam urine, retensi atau penumpukan cairan berlebihan yang cepat, penglihatan kabur, mual, dan tekanan darah tinggi.
Penting untuk dicatat bahwa preeklamsia adalah kondisi serius yang biasanya muncul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu dan dapat berkembang menjadi eklampsia. Jika seorang ibu mengalami gejala ini, segera berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.
3. Arthritis
Kerusakan pada sendi yang disebabkan oleh arthritis atau radang sendi juga dapat menghasilkan pembengkakan, rasa nyeri, dan perubahan fisik pada kaki serta pergelangan kaki. Selain pembengkakan kaki, kondisi ini bisa menimbulkan beberapa gejala lain, seperti perubahan tekstur menjadi lembut saat sentuhan pada sendi yang terkena arthritis, rasa sakit pada sendi saat bergerak, dan kesulitan dalam pergerakan atau berjalan.
Untuk mengatasi kondisi kesehatan ini, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain mengonsumsi obat pereda nyeri dan anti inflamasi, serta menggunakan penyangga (bracing) dan kompresi pada kaki.
Itulah penjelasan fakta sebenarnya mengenai merawat kaki saat mengalami pembengkakan. Tidak semua situasi seperti itu dapat diatasi dengan pijatan atau urut. Namun, penting untuk menyesuaikan perawatan dengan penyebab bengkaknya.