Dunia Formula 1 tidak hanya dikenal karena balapan cepat dan persaingan antar tim dan pembalapnya, tetapi juga karena keputusan unik yang dibuat oleh tim dalam hal penamaan. Dari keputusan kontroversial hingga upaya promosi merek, nama-nama aneh tim Formula 1 telah menjadi bagian integral dari sejarah olahraga balap mobil ini.
Pada Rabu lalu, penggemar dan pengamat motorsport disuguhi berita menarik: Red Bull Racing mengumumkan perubahan nama tim mereka untuk musim 2024. Tim yang sebelumnya dikenal sebagai AlphaTauri, akan diubah namanya menjadi Visa Cash App RB. Keputusan ini tentu saja menuai termasuk di kalangan penggemar.
Sebelumnya, banyak yang mengira bahwa RB adalah singkatan dari ‘Racing Bulls’, yang merupakan nomenklatur yang lazim digunakan untuk tim ‘junior’ Red Bull. Namun ternyata RB hanyalah sebuah akronim yang menjadi nama resmi tim untuk musim 2024. Keputusan ini, meskipun mungkin diambil dengan alasan komersial, tidak sepenuhnya memuaskan banyak penggemar dan bahkan beberapa pihak terkait dunia balap.
Namun, Red Bull bukanlah satu-satunya tim yang membuat keputusan aneh dalam penamaan mereka. Sejarah Formula 1 telah menyaksikan berbagai nama unik, beberapa di antaranya bahkan menjadi ikonik dalam ingatan para penggemar.
MasterCard Lola
Pada tahun 1997, tim Lola mencoba peruntungannya di dunia Formula 1 dengan dukungan dari sponsor utama, MasterCard. Sebagai tim yang sebelumnya telah meraih kesuksesan terutama dalam kompetisi mobil sport, langkah mereka ke F1 sangat dinantikan. Namun, harapan itu segera muncul ketika Lola gagal lolos kualifikasi untuk seri pembuka kejuaraan Dunia di Australia. Kegagalan ini mengakhiri ambisi Lola di ajang balap mobil paling elit di dunia dan nama MasterCard Lola pun hanya tinggal sebagai kenangan.
Andrea Moda – Sebuah Catatan Hitam
Namanya mungkin terdengar seperti merek sepatu ternama, tetapi Andrea Moda adalah nama yang penuh kontroversi dalam sejarah Formula 1. Pada tahun 1992, tim ini masuk ke F1 dengan mengakuisisi properti tim Coloni dan mengganti namanya menjadi Andrea Moda, mengikuti merek sepatu yang dimiliki oleh pemiliknya, Andrea Sassetti. Namun, langkah mereka di dunia balap tidaklah mulus. Performa mereka yang buruk, dikombinasikan dengan berbagai masalah manajemen dan peraturan yang dilanggar, membuat Andrea Moda dianggap sebagai salah satu tim terburuk dalam sejarah F1. Pengalaman mereka merupakan pelajaran berharga tentang bagaimana sebuah nama bisa menjadi beban.
Tim F1 SportPesa Racing Point
Nama-nama perusahaan seringkali menjadi bagian dari identitas sebuah tim di Formula 1. Pada tahun 2019, Racing Point mengambil nama sponsor utama mereka, SportPesa, sebagai bagian dari identitas mereka. Namun, kesepakatan ini hanya bertahan satu musim sebelum perubahan kembali terjadi. Meskipun nama tersebut hanya bertahan singkat, SportPesa Racing Point F1 Team memberikan contoh lain tentang bagaimana nama perusahaan dapat mempengaruhi citra suatu tim.
Equipes Life, Zakspeed, dan EuroBrun
Sejarah Formula 1 juga mencatat beberapa nama tim yang mungkin terdengar asing bagi sebagian besar penggemar. Tim seperti Equipes Life, Zakspeed, dan EuroBrun mungkin tidak meraih kesuksesan besar di F1, tetapi nama-nama tersebut tetaplah bagian dari sejarah olahraga ini. Dari penamaan yang mencerminkan asal-usul atau pemilik mereka hingga permainan kata yang menarik, namun kinerja mereka dalam perjalanan seringkali tidak sebanding dengan kreativitas nama mereka.
Spirit – Semangat Balap dari Jepang
Salah satu nama yang mungkin kurang dikenal adalah Spirit. Meskipun mungkin tidak mencatatkan prestasi yang signifikan di dunia balap, namun mereka memberikan warna unik dalam sejarah Formula 1. Dengan slogan “Ayo Semangat Balap”, Spirit mencoba peruntungannya di F1 antara tahun 1983 dan 1985. Namun, prestasi nol poin dalam 23 balapan membuat nama mereka semakin cemerlang. lebih berani daripada kinerja mereka dalam perjalanan.
Penghargaan untuk ‘BMW Sauber F1 Team-Ferrari’
Pada tahun 2010, sebuah episode aneh terjadi di dunia Formula 1 ketika BMW memutuskan untuk meninggalkan ajang balap tersebut dan menjual tim mereka kembali kepada Peter Sauber. Meskipun tidak lagi memiliki kaitan dengan Ferrari, nama tim tersebut tetap mempertahankan ‘Ferrari’ dalam namanya. Hal ini terjadi karena alasan birokrasi yang tidak biasa, menimbulkan kebingungan di kalangan penggemar dan pengamat.
Dari Red Bull Racing yang memilih akronim sebagai nama tim hingga perjalanan tragis tim-tim seperti Andrea Moda, nama-nama aneh telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Formula 1. Meskipun mungkin terdengar sekadar detail kecil, namun keputusan tentang penamaan tim dapat memberikan gambaran yang menarik tentang perjalanan sebuah tim dalam dunia olahraga yang penuh tantangan ini. Sejarah Formula 1 akan terus memberikan cerita-cerita menarik tentang bagaimana sebuah nama bisa menjadi bagian dari identitas sebuah tim, dan bagaimana cerita di balik nama-nama itu bisa menjadi cerminan dari perjalanan panjang mereka di lintasan balap yang bergengsi ini.