in

Beberapa Benteng dan Gedung Peninggalan Belanda di Indonesia

Benteng Belgica (googlemaps/Wimbo Mahadi)

Belanda merupakan negara yang pernah menjajah Indonesia selama ratusan tahun. Selama ratusan tahun tersebut, Belanda banyak membangun benteng hingga gedung untuk memaksimalkan kinerja dalam bidang pertahanan hingga perekonomian.

Berikut adalah benteng dan gedung peninggalan Belanda di Indonesia:

Benteng Fort de Kock

Benteng Fort de Kock adalah sebuah benteng peninggalan Belanda yang terletak di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada sekitar tahun 1826.

Benteng ini awalnya diberi nama ‘Sterreschans’, yang berarti benteng pelindung, namun kemudian dikenal dengan nama Fort de Kock, diambil dari lokasi di mana benteng tersebut berdiri, yaitu Bukit Jirek.

Benteng Fort de Kock memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan masyarakat Bukittinggi melawan penjajah. Benteng ini menjadi saksi perlawanan pasukan Paderi yang dipimpin oleh Imam Bonjol terhadap pasukan Hindia Belanda.

Benteng Belgica

Benteng Belgica adalah sebuah benteng yang dibangun oleh Belanda pada awal abad ke-17 di Pulau Banda Neira, Maluku. Benteng ini dirancang untuk menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC. Benteng Belgica dibangun mulai pada tanggal 4 September 1611, di bawah perintah Gubernur Jenderal VOC Pieter Both.

Strukturalnya, Benteng Belgica memiliki bentuk segi lima dengan lapisan luar yang kokoh dengan panjang setiap sisi sekitar 40 meter dan tinggi 5,4 meter, sementara lapisan dalam memiliki bentuk segi lima dengan tinggi 13,8 meter.

Benteng Van der Wijck

Benteng Van der Wijck. Foto: Wikimedia Commons

Benteng Van der Wijck adalah sebuah benteng peninggalan Belanda yang terletak di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Benteng ini dibangun pada tahun 1818 oleh Jenderal van den Bosh dan awalnya digunakan sebagai kantor VOC.

Benteng Van der Wijck dinamai sesuai dengan nama Jenderal Carel Herman Aart Van der Wijck, yang bertugas sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1893–1899.

Benteng Pendem Fort Willem I

Benteng Pendem Fort Willem I adalah objek warisan historis yang terletak di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Ini adalah bangunan yang dibangun oleh Tentara Kerajaan Belanda antara tahun 1834 hingga 1845. Benteng ini digunakan sebagai markas tentara Belanda, penjara militer, dan gudang logistik perang.

Museum Fatahillah

Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta merupakan institusi museal yang berpusat di Jalan Taman Fatahillah No. 1, Jakarta Barat, Indonesia. Sejarah bangunan ini bermula sebagai Balai Kota Batavia, yang dibangun pada tahun 1620 oleh VOC. Bangunan ini dibangun ulang pada 1707–1712 atas perintah Gubernur Jenderal Joan van Hoorn dan selesai pada 1710 atas perintah Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck.

Gedung Grahadi

Gedung Grahadi. Foto: Wikimedia Commons

Gedung Grahadi, yang terletak di Surabaya, Jawa Timur, adalah sebuah bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 1795. Awalnya, gedung ini merupakan tempat tinggal bagi pejabat Belanda seperti Dirk van Hogendoorp. Pada tahun 1810, Gedung Grahadi direnovasi menjadi gaya empire atau Dutch Colonial Villa.

Setelah Indonesia merdeka, gedung ini dialihfungsikan menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Timur. Selain menjadi saksi perkembangan Kota Surabaya, gedung ini juga digunakan untuk menerima tamu kenegaraan dan pemerintahan.

Gedung De Javasche Bank

Gedung De Javasche Bank adalah sebuah bangunan bersejarah yang memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi di masa kolonial Hindia Belanda. Berdiri pada 24 Januari 1828 atas perintah Raja Williem I, De Javasche Bank awalnya didirikan untuk membantu permasalahan keuangan dan perekonomian kolonial Hindia Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, De Javasche Bank mengalami nasionalisasi melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1951. Pada 1 Juli 1953, gedung ini berubah menjadi Bank Indonesia.