Makanan fermentasi telah menjadi bagian dari pola makan sehat. Dari kimchi Korea hingga tempe Indonesia, makanan fermentasi yang kayak akan probiotik menawarkan sejumlah manfaat kesehatan. Meskipun makanan fermentasi memiliki banyak manfaat, beberapa orang mungkin mengalami efek samping tertentu, terutama jika mengonsumsinya secara berlebihan. Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin timbul akibat konsumsi makanan fermentasi yang dapat memengaruhi kesehatan.
Menyebabkan perut kembung
Efek samping yang umum dari konsumsi banyak makanan fermentasi adalah terjadinya penumpukan gas di dalam perut yang menyebabkan rasa kembung. Makanan fermentasi dapat meningkatkan jumlah bakteri baik di saluran pencernaan. Bakteri baik tersebut bertugas menjaga keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan dengan menghancurkan bakteri jahat dan sekaligus menghasilkan gas.
Dengan kata lain, jika jumlah bakteri baik terlalu banyak, hal ini dapat menyebabkan penumpukan gas di dalam perut. Konsumsi makanan fermentasi yang tinggi kandungan gulanya, seperti kombucha, dapat meningkatkan jumlah gas di perut dengan lebih cepat. Di dalam usus besar, gula akan bereaksi dengan mikroorganisme dan menghasilkan gas karbon dioksida, yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya kembung.
Intoleransi makanan
Biasanya, tubuh memiliki kemampuan untuk mencerna senyawa histamin yang terdapat dalam makanan yang telah mengalami proses fermentasi. Namun, konsumsi makanan fermentasi dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kadar histamin dalam tubuh. Akibatnya, tubuh sulit mencernanya dan menyebabkan intoleransi.
Histamin merupakan salah satu senyawa yang dapat memicu reaksi alergi. Gejala intoleransi histamin mirip dengan reaksi alergi dan dapat mencakup sakit kepala, diare, sesak napas, iritasi dan keringnya kulit, sakit perut, ruam dan gatal, hidung tersumbat, kecemasan, dan peningkatan tekanan darah.
Menyebabkan migrain
Efek samping konsumsi makanan fermentasi secara berlebihan bisa menyebabkan timbulnya sakit kepala dan migrain. Probiotik dalam makanan fermentasi memiliki kemampuan untuk menguraikan asam amino yang terdapat dalam makanan, yang kemudian menghasilkan senyawa yang disebut histamin dan tiramin.
Kedua senyawa ini memiliki potensi untuk mengganggu sistem saraf pusat di otak. Selain itu, keduanya juga dapat menyempitkan pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan darah yang mengalir ke kepala.
Keracunan makanan
Walaupun makanan fermentasi kaya akan probiotik, namun proses pengolahannya yang kurang higienis dapat menyebabkan kontaminasi oleh mikroba berbahaya. Tempe yang dikonsumsi dapat terkontaminasi oleh jamur-jamur berbahaya seperti Fusarium spp. dan Aspergillus flavus.
Kedua jenis jamur ini, ketika hadir dalam tubuh, mampu menghasilkan racun yang dikenal sebagai aflatoksin, yang dapat menyebabkan infeksi bernama aflatoksinosis. Gejala yang mungkin muncul termasuk sakit perut, muntah, rasa gatal pada kulit, pendarahan, dan bahkan penyakit kuning.
Selain itu, tempe juga rentan terkontaminasi oleh bakteri Salmonella, yang dapat menyebabkan keracunan makanan yang dikenal sebagai salmonellosis. Gejala dari keracunan makanan ini dapat meliputi diare, mual, sakit kepala, menggigil, buang air besar berdarah, dan demam.
Resistensi antibiotik
Meskipun probiotik memiliki manfaat bagi kesehatan saluran pencernaan, namun konsumsi makanan fermentasi dapat mengganggu efektivitas obat antibiotik yang sedang dikonsumsi. Bakteri baik diketahui memiliki gen yang serupa dengan gen resistensi obat antibiotik.
Kondisi resistensi antibiotik timbul ketika bakteri penyebab penyakit menjadi lebih tahan terhadap efek obat antibiotik, sehingga obat tersebut tidak lagi efektif dalam membunuh bakteri tersebut. Gen resistensi antibiotik yang sering muncul dari makanan fermentasi termasuk resistensi terhadap eritromisin dan tetrasiklin.
Beberapa strain Lactobacillus yang berasal dari fermentasi asam laktat pada kefir dapat menyebabkan resistensi terhadap sejumlah antibiotik, seperti ampisilin, penisilin, dan tetrasiklin.
Mengalami infeksi dari konsumsi probiotik
Efek samping makanan fermentasi dapat menyebabkan infeksi probiotik yang berbahaya pada individu dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Penelitian yang dipublikasikan dalam BMJ Case Report pada tahun 2017 menunjukkan bahwa seorang pasien diabetes tipe 2 mengalami nanah di hati sebagai akibat dari mengonsumsi probiotik Lactobacillus paracasei.
Meningkatkan risiko kanker
Efek samping makanan fermentasi ini biasanya ditemukan pada acar yang difermentasi selama beberapa minggu hingga bulan. Proses fermentasi pada acar sayuran, misalnya, dapat menghasilkan senyawa yang dikenal sebagai n-nitroso. Selain itu, jamur yang digunakan dalam proses fermentasi juga dapat menghasilkan racun atau mikotoksin.
Senyawa n-nitroso dan mikotoksin ini diketahui sebagai pemicu kanker atau zat karsinogenik. Terlebih lagi, acar yang diawetkan juga cenderung memiliki kandungan garam yang tinggi. Hal ini dapat meningkatkan risiko kerusakan pada lapisan pelindung lambung, yang pada gilirannya meningkatkan risiko kanker lambung.
Tempe yang tidak diolah dengan baik atau diproduksi dalam kondisi kebersihan yang buruk juga dapat mengandung racun berbahaya seperti aflatoksin B1. Racun ini berpotensi mengubah gen dalam hati dan menyebabkan mutasi yang dapat memicu perkembangan kanker hati.
Mengonsumsi makanan fermentasi secara berlebihan bisa menyebabkan efek samping tertentu. Orang-orang yang memiliki sensitivitas tertentu atau riwayat alergi sebaiknya memperhatikan reaksi tubuh mereka setelah mengonsumsi makanan fermentasi. Namun, bagi kebanyakan orang, dengan memperhatikan porsi dan frekuensi konsumsi, makanan fermentasi dapat menjadi tambahan yang bergizi dan lezat untuk pola makan sehat mereka.