Sejumlah pemain bulutangkis telah memenangkan trofi All England tidak hanya sekali. Salah satunya adalah legenda dari Indonesia, yaitu Rudy Hartono.
All England merupakan turnamen bulutangkis tertua di dunia dan pertama kali diadakan pada tahun 1900. Berikut beberapa pebulutangkis tunggal putra yang telah meraih trofi All England dalam jumlah banyak:
Rudy Hartono
Rudy Hartono adalah legenda bulutangkis Indonesia yang lahir di Surabaya. Dia memenangkan gelar juara All England sebanyak delapan kali pada tahun 1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973, 1974, dan 1976. Hartono diakui sebagai salah satu pemain bulutangkis terbaik sepanjang masa dari Indonesia.
Rudy Hartono membuat debutnya di All England pada tahun 1968 saat usianya baru 18 tahun. Dia langsung meraih gelar juara setelah mengalahkan Tan Aik Huang dari Malaysia dengan skor 15-12, 15-9.
Menurut situs resmi National Badminton Museum, saat itu Rudy Hartono berhasil memecahkan rekor sebagai tunggal putra termuda yang pernah meraih gelar juara All England pada usia 18 tahun 7 bulan. Keberhasilan ini menjadi awal dari dominasi Rudy Hartono selama 10 tahun di All England, yang merupakan turnamen bulu tangkis tertua dan paling bergengsi di dunia.
Bahkan, Lin Dan dan Lee Chong Wei, yang pernah mendominasi cabang tunggal putra hingga mereka masing-masing pensiun pada tahun 2019 dan 2020 tidak mampu menyamai prestasi yang dicapai oleh Rudy Hartono. Lin Dan hanya meraih enam gelar All England, sementara Lee Chong Wei meraih gelar juara sebanyak empat kali.
Erland Kops
Erland Kops, pemain bulutangkis Denmark, lahir pada 14 Januari 1937, dan meninggal pada 18 Februari 2017. Dia memenangkan gelar All England enam kali pada tahun 1960, 1961, 1962, 1963, 1965, dan 1967.
Frank Devlin
Frank Devlin merupakan pebulutangkis yang berasal dari Irlandia. Dia lahir pada 19 Januari 1900 dan meninggal pada 27 Oktober 1988. Devlin memenangkan gelar All England enam kali pada tahun 1925, 1926, 1927, 1928, 1929, dan 1931. Devlin satu-satunya pemenang dari Irlandia.
Devlin nampaknya ditakdirkan untuk menjadi seorang pebulutangkis yang ulung. Saat ia terbaring di tempat tidur usai kehilangan separuh tumitnya karena osteomielitis ketika berusia 12 tahun, ia menghabiskan waktu dengan memantulkan shuttlecock ke dinding menggunakan pergelangan tangannya.
Aktivitas tersebut akhirnya menjadi sebuah gairah bagi Devlin. Aktivitas ini juga menjadi sangat penting baginya. Dia menjadi pemain pertama yang diketahui menggunakan backhand clear overhead.
Lin Dan
Lin Dan, pemain bulutangkis asal China yang dijuluki “Super Dan”, adalah salah satu pemain terbaik dalam sejarah. Dia memenangkan gelar All England enam kali pada tahun 2004, 2006, 2007, 2009, 2012, dan 2016. Lin Dan sering kali bersaing sengit dengan Taufik Hidayat.
Melansir dari laman BWF, sepanjang kariernya Lin Dan telah mengumpulkan 666 kemenangan dengan hanya mengalami 128 kekalahan. Lin Dan, yang memulai karier profesionalnya pada tahun 2001, telah mengantongi 66 gelar, termasuk prestasi gemilang seperti kejuaraan Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.
Pria yang lahir di Fujian, China pada tanggal 14 Oktober 1983 ini telah menjadi juara Olimpiade dua kali, yakni pada edisi 2008 di Beijing dan 2012 di London. Dia juga telah berhasil menambahkan lima gelar juara ke dalam daftar prestasinya di Kejuaraan Dunia.
Lin Dan berhasil meraih gelar juara dunia pada tahun 2006, 2007, 2009, 2011, dan 2013. Di samping gelar-gelar individunya, Lin Dan juga telah memberikan kontribusi besar bagi timnas bulu tangkis China dalam meraih trofi di turnamen beregu Piala Thomas dan Piala Sudirman.
Berkat pencapaiannya yang gemilang, Lin Dan telah menjadi satu-satunya pebulutangkis dalam sejarah yang meraih Super Grand Slam, yaitu gelar yang diberikan kepada atlet bulu tangkis yang berhasil menjuarai sembilan turnamen utama.
Ralph Nichols
Ralph Nichols merupakan pemain bulutangkis Inggris yang lahir pada 12 Agustus 1910. Dia meninggal pada 27 Mei 2001. Dia memenangkan gelar All England sebanyak lima kali pada tahun 1932, 1934, 1936, 1937, dan 1938.