in

Inilah Alasan di Balik Objek Ruang Angkasa Banyak Berbentuk Bulat

Ilustrasi Objek Ruang Angkasa (people..com)

Benda ruang angkasa umumnya berbentuk bulat dengan berbagai ukuran dan warna yang berbeda. Mulai dari yang kecil hingga besar, dan dari yang putih hingga merah. Namun, satu hal yang pasti, kebanyakan objek di ruang angkasa memiliki bentuk bulat. Lalu, mengapa hal ini terjadi? Mengapa tidak ada yang berbentuk kotak atau segitiga? Untuk itu, mari kita bahasa lebih lengkap mengenai alasan objek ruang angkasa banyak berbentuk bulat.

Pengaruh gaya gravitasi yang membuat bentuk bulat

Ilustrasi Objek Ruang Angkasa (universetoday.com)

Planet terbentuk ketika materi di ruang angkasa bertabrakan dan menggumpal bersama-sama. Setelah mengumpulkan cukup materi dalam jangka waktu tertentu, benda tersebut mendapatkan jumlah gravitasi yang memadai. Menurut penjelasan dari The Conversation, gravitasi suatu benda akan selalu menarik ke pusat massanya. Semakin besar benda tersebut, semakin besar pula massa dan tarikan gravitasinya.

Pada benda padat, gaya gravitasi diimbangi oleh kekuatan material benda itu sendiri. Sebagai contoh, gaya tarik gravitasi bumi tidak mampu menarik seseorang ke pusat bumi karena tanah menahan dengan mendorong kembali ke atas. Namun, kendala utamanya adalah bahwa gravitasi ternyata sangat lemah. Sebuah objek harus memiliki ukuran yang sangat besar untuk memiliki tarikan gravitasi yang cukup kuat untuk mengatasi kekuatan materialnya. Oleh karena itu, benda padat yang lebih kecil tidak memiliki tarikan gravitasi yang cukup kuat untuk membentuknya menjadi bulat.

Terjadinya keseimbangan hidrostatik

Ketika suatu objek mencapai ukuran yang cukup besar sehingga gravitasinya kuat, itu akan menarik semua materi yang membentuknya menjadi bentuk bola. Bagian atas benda akan tertarik ke bawah, mendorong materi di bawahnya, sehingga membentuk area yang menonjol ke luar. Ketika objek mencapai bentuk bola ini, disebutkan bahwa itu mencapai keseimbangan hidrostatik. Namun, ukuran objek yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan hidrostatik tergantung pada materi yang membentuknya.

Menurut penjelasan dari The Conversation, objek yang terdiri dari benda cair akan lebih mudah untuk mencapai keseimbangan, karena molekul air dapat bergerak dengan bebas. Di sisi lain, objek yang terbuat dari besi murni harus lebih besar agar gravitasinya cukup kuat untuk mengatasi kekuatan alaminya. Dalam Tata Surya, diameter minimum yang diperlukan agar sebuah objek es menjadi bulat sekitar 400 kilometer.

Tidak semua objek ruang angkasa berbentuk bulat sempurna

Terlihat semua planet memiliki bentuk bulat yang bagus, tetapi ada perbedaan dalam tingkat kebulatan antara satu planet dengan yang lain. Misalnya, Merkurius dan Venus adalah contoh planet yang sangat bulat. Bentuknya hampir sempurna bulat, seperti kelereng.

Namun, tidak semua planet memiliki bentuk bulat sempurna. Saturnus dan Jupiter memiliki bagian yang lebih tebal di bagian tengahnya. Ketika planet-planet ini berputar, mereka cenderung menonjol di sepanjang garis khatulistiwa mereka. Menurut penjelasan dari Space Place, ketika objek langit seperti planet berputar, benda-benda yang berada di pinggirannya harus bergerak lebih cepat daripada yang berada di bagian dalamnya untuk menjaga keseimbangan. Semua bagian di sepanjang pinggirannya harus menempuh jarak yang lebih jauh dan berputar dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Saturnus dan Jupiter sangat besar dan berputar dengan cepat, tetapi gaya gravitasi masih cukup kuat untuk menjaga mereka tetap utuh. Karena itulah, planet-planet ini menonjol di tengahnya. Bagian tambahan ini disebut sebagai “tonjolan khatulistiwa”. Sebagai hasilnya, planet seperti ini tidak berbentuk bulat sempurna seperti kelereng, melainkan lebih mirip bola yang sedikit ditekan di bagian tengahnya.

Bumi hampir bulat sempurna dibandingkan planet yang lain

Ilustrasi Bumi (Pixabay)

Bumi dan Mars memiliki ukuran yang lebih kecil dan berputar dengan kecepatan yang lebih lambat daripada planet raksasa. Meskipun tidak memiliki bentuk bulat sempurna, keduanya lebih bulat daripada Saturnus dan Jupiter. Menurut informasi dari Space Place, Bumi lebih tebal di bagian tengahnya sebesar 0,3 persen, sementara Mars lebih tebal di bagian tengahnya sebesar 0,6 persen. Meskipun ketebalan ini kurang dari satu persen, namun kedua planet tersebut dapat dianggap memiliki bentuk yang sangat bulat.

Sementara itu, Uranus dan Neptunus berada di posisi di antara kedua kelompok tersebut. Uranus memiliki ketebalan di bagian tengahnya sebesar 2,3 persen, sementara Neptunus sebesar 1,7 persen. Meskipun bentuk keduanya tidak bulat sempurna, namun keduanya cukup mendekati.

Ada anggapan bentuk objek ruang angka bisa diprediksi

Teleskop luar angkasa Hubble telah menghadirkan gambar-gambar spektakuler dari berbagai objek di ruang angkasa, termasuk nebula yang sering kali memiliki bentuk yang tidak teratur. Menurut penjelasan dari European Space Agency (ESA), fenomena ini terjadi karena adanya persaingan antara gravitasi dan tekanan cahaya. Nebula terbentuk dari dorongan dan tarikan cahaya intens yang dipancarkan oleh bintang-bintang saat baru terbentuk. Cahaya ini bersaing satu sama lain untuk menarik gas dan debu ke arah mereka.

Namun, jika nebula tersebut cukup padat, gravitasi mulai berperan. Daerah-daerah tertentu dalam nebula dapat menggumpal, membentuk potongan-potongan yang semakin besar dan akhirnya dapat tumbuh hingga seukuran planet. Ketika potongan-potongan ini mencapai ukuran yang cukup besar, medan gravitasi mereka juga meningkat, yang akhirnya mendorong pembentukan bentuk bola. Oleh karena itu, semua objek di ruang angkasa cenderung memiliki bentuk bulat.

Jadi bisa disimpulkan bahwa objek ruang angkasa bisa berbentuk bulat hampir sama dengan bola karena adanya gravitasi. Semakin besar ukuran objek ruang angkasa, tarikan gravitasi menjadi lebih kuat sehingga terbentuknya bentuk bulat. Semoga informasi ini menjawab rasa penasaranmu ya!