in

Fenomena Bulan Aneh di Luar Angkasa, Ada yang Mirip Spons!

Ilustrasi Bulan (Freepik)

Bulan yang kita lihat di malam hari hanyalah sebagian kecil dari bulan-bulan atau satelit alami yang mengelilingi planet. Setiap planet memiliki bulan dengan ciri khas yang unik dan kadang aneh. Salah satunya ada bulan yang rupanya mirip dengan spons yang ada di dapur. Tak hanya itu, masih banyak lagi bulan yang berada di luar angkasa yang memiliki keunikan tersendiri yang wajib kamu simak sampai habis.

Io: Bulan dingin tanpa es

Ilustrasi Io (Wikimedia)

Io merupakan satelit paling dekat yang mengelilingi Jupiter. Io pertama kali terdeteksi oleh wahana Pioneer pada awal 1970-an. Permukaan Io menampilkan lingkungan yang sangat berbahaya, yang didominasi oleh formasi mineral aneh yang terus berubah karena aktivitas belerang di permukaannya, suatu hal yang sangat berbeda dengan tiga bulan lainnya. Ketika Voyager 1 tiba pada tahun 1979, baru terungkap alasan di balik fenomena tersebut.

Io terjebak dalam gaya gravitasi antara tiga bulan lainnya dan Jupiter, sehingga orbitnya tidak terbentuk menjadi lingkaran sempurna. Bahkan perubahan kecil dalam jarak antara Io dan Jupiter menciptakan gaya pasang-surut yang besar yang mempengaruhi interior Io. Gesekan antarbatuan di Io menghasilkan panas yang cukup untuk menjaga inti Io tetap cair dan membentuk lautan magma yang besar di bawah permukaannya.

Meskipun sebagian besar batuan Io terbuat dari silikat, mirip dengan Bumi, batuan silikat ini memiliki titik leleh yang tinggi dan hanya meleleh di lautan magma yang terletak di bawah permukaan Io. Di sisi lain, aktivitas vulkanisme di permukaan Io sebagian besar melibatkan batuan yang kaya belerang, yang memiliki titik leleh yang lebih rendah. Aktivitas vulkanik ini telah mencegah pembentukan es di Io, yang awalnya dimiliki Io, sehingga membuat bulan ini tampak gersang dan bebas dari es, meskipun suhunya mencapai -160 derajat Celsius.

Nereid: Bulan yang hampir lenyap

Ilustrasi Nereid (solarsystem.nasa.gov)

Nereid merupakan bulan kedua di Neptunus yang memiliki orbit paling ekstrem. Jarak antara Nereid dan Neptunus berkisar antara 1,4 juta hingga 9,7 juta kilometer. Jarak orbit tersebut merupakan hal umum bagi satelit yang tertangkap oleh gravitasi planet. Namun, meskipun memiliki ukuran yang besar dengan radius rata-rata mencapai 180 kilometer, Nereid menyimpan rahasia lain.

Pada tahun 1989, ketika wahana Voyager 2 melintas, penemuan menunjukkan bahwa Triton, satelit terbesar Neptunus, sebenarnya tertangkap oleh gravitasi planet dari Sabuk Kuiper. Triton kemudian “menendang” banyak “bulan” asli Neptunus. Dengan demikian, para astronom meyakini bahwa Nereid adalah “penyintas” yang bertahan di tepi jangkauan gravitasi Neptunus.

Enceladus: Bulan yang memiliki gumpalan es

Ilustrasi Enceladus (earth.com)

Ketika misi NASA, Cassini, mencapai Saturnus pada tahun 2004, satu-satunya satelitnya yang menarik perhatian para astronom di Bumi adalah Enceladus. Hal ini disebabkan oleh keberadaan gumpalan besar es yang terlempar ke ruang angkasa melalui retakan di selatan planet tersebut, menandakan adanya air. Foto-foto yang diambil oleh Cassini menunjukkan bahwa permukaan Enceladus terang dan penuh kawah yang tertutup salju.

Penemuan gumpalan es ini mengejutkan para astronom karena aktivitas yang masih terjadi di Enceladus. Meskipun memiliki diameter 504 kilometer dan seharusnya telah membeku miliaran tahun yang lalu mengingat komposisi batuan dan esnya, Enceladus tetap hangat dan aktif karena gaya pasang surut yang dihasilkan oleh gravitasi antara Enceladus, Saturnus, dan satelit lainnya, seperti Dione. Sebagian es kembali ke permukaan Enceladus, sementara sebagian lagi masuk ke orbit Saturnus dan membentuk Cincin E, yang merupakan cincin paling luar dari cincin utama Saturnus.

Hyperion: Bentuknya seperti spons

Ilustrasi Hyperion (solarsystem.nasa.gov)

Hyperion yang mengelilingi Saturnus, memiliki penampilan yang paling tidak biasa. Permukaannya menyerupai karang dengan lubang-lubang gelap yang dalam sekilas mirip dengan bentuk spons, dikelilingi oleh pegunungan batu dan es. Yang menarik, Hyperion adalah salah satu “bulan” pertama yang ditemukan dengan bentuk yang tidak bulat dan memiliki orbit yang tidak biasa. Hyperion tidak memiliki rotasi yang sesuai dengan periode orbitnya, melainkan berputar dengan pola yang tidak teratur dan poros rotasinya berfluktuasi.

Meskipun sebagian besar Hyperion terdiri dari es dan air, permukaan luarnya sangat gelap. Saat wahana Cassini melewati Hyperion, didapati bahwa 55 persennya terdiri dari air, dan sebagian besar bagian dalamnya kosong. Salah satu penjelasannya adalah bahwa Hyperion merupakan puing-puing dari “bulan” yang lebih besar yang hancur akibat tabrakan komet dan materi yang tersisa kemudian bergabung kembali untuk membentuk Hyperion.

Titan: Bulan yang serupa dengan Bumi

Ilutrasi Titan (Wikimedia)

Sebagai satelit terbesar Saturnus, Titan memiliki atmosfer yang unik. Pada tangkapan gambar Voyager, Titan tampak sebagai “bola oranye”, tetapi melalui pemindaian inframerah dan radar oleh wahana Cassini, lanskap Titan terungkap, menunjukkan sungai dan danau yang menyerupai Bumi. Titan mempertahankan atmosfernya meskipun suhu permukaannya sangat dingin, mencapai -179 derajat Celsius karena berjarak 1,4 miliar kilometer dari Matahari.

Selain itu, atmosfer Titan didominasi oleh nitrogen, warna khasnya berasal dari metana. Siklus metana di Titan mirip dengan siklus air di Bumi, dimana metana membeku ke permukaan pada suhu dingin, mengembun menjadi tetesan hujan pada suhu sedang, dan menguap kembali ke atmosfer pada suhu hangat.

Meskipun satu tahun Titan setara dengan 29,5 tahun Bumi, satelit ini mengalami perubahan musim yang mirip dengan Bumi, termasuk suhu yang mendukung curah hujan di kutubnya, yang mengakibatkan migrasi danau dari satu kutub ke kutub lainnya. Titan menarik perhatian sebagai target pencarian kehidupan di luar Bumi, meskipun kehidupan dalam kondisi ekstrem Titan masih menjadi perdebatan di kalangan ahli biologi. Sebagai alternatif, para peneliti beralih untuk mempelajari Enceladus.