Erik ten Hag, pelatih Manchester United asal Belanda itu sempat banjir kritikan kala Setan Merah dibantai Crystal Palace dengan kekalahan telak 0-4 di pekan terakhir Liga Inggris 2023/2024. Mengandaskan peluang MU berlaga di kompetisi Eropa musim depan. Tapi, kekalahan yang ‘memalukan’ ini bukan satu-satunya catatan buruk MU di bawah asuhan Erik ten Hag. Sebelumnya, Manchester United juga telah mengantongi sejumlah rekor buruk. Misalnya, ketika mereka menelan pil pahit dengan kekalahan terbanyak (13) dalam satu musim Liga Primer.
Melihat rekor-rekor buruk MU ini mengantarkan pada sebuah pertanyaan, soal bagaimana jejak karier kepelatihan ten Hag sebelumnya, hingga akhirnya menduduki kursi panas sebagai pelatih MU.
Sebagai informasi, Erik ten Hag, nama yang kini berkumandang di Old Trafford adalah sosok pria asal Belanda yang menjadi pelatih Setan Merah setelah ditunjuk pada April 2022. Namun, perjalanan ten Hag menuju kursi panas MU bukanlah hal yang mudah. Ia menempuh perjalanan panjang, malang melintang di dunia sepak bola sebelum akhirnya menggantikan Ralf Ragnick, pelatih sebelumnya.
Lahir di Haaksbergen, Belanda, pada 2 Februari 1970, ten Hag memulai karier sepak bolanya sebagai bek tengah di FC Twente pada tahun 1989. Selama 13 tahun, karier bermain ten Hag harus berakhir pada tahun 2002 saat usianya 32 tahun. Namun, kecintaannya pada sepak bola membuatnya memilih jalur kepelatihan, dan memulai langkahnya di tim U-19 FC Twente pada tahun 2003. Bakatnya kemudian mengantarkannya menjadi asisten pelatih tim utama FC Twente (2006-2009) dan PSV Eindhoven (2009-2012).
Pada tahun 2012, ten Hag mendapatkan kesempatan emas menjadi pelatih kepala Go Ahead Eagles. Di bawah kepemimpinannya, tim yang sebelumnya terpuruk di kasta ketiga liga Belanda ini berhasil promosi ke Eredivisie (liga utama Belanda) untuk pertama kalinya dalam 33 tahun. Prestasi ini menjadi batu loncatan ten Hag ke level yang lebih tinggi.
Namanya makin menterang ketika pada tahun 2013, ten Hag sempat melatih Bayern Munich II (tim cadangan). Saat itu ia mengantarkan Bayern Munich II memenangi Regionalliga Bavaria 2013/2013, sebelum akhirnya ditunjuk sebagai pelatih kepala FC Utrecht pada tahun 2015. Di Utrecht, ten Hag menunjukkan kebolehannya dalam membangun tim dan menerapkan filosofi sepak bolanya. Ia membawa Utrecht meraih beberapa hasil positif, termasuk lolos ke babak kualifikasi Liga Eropa.
Puncak kejayaan ten Hag datang saat ia bergabung dengan Ajax Amsterdam sebagai pelatih kepala pada tahun 2017. Di Ajax, ten Hag menjelma menjadi maestro sepak bola modern. Ia menerapkan gaya permainan menyerang atraktif dan menekan tinggi yang dipadukan dengan pengembangan pemain muda berbakat. Hasilnya gemilang. Ten Hag mengantarkan Ajax meraih 3 gelar Eredivisie (2018-19, 2020-21, 2021-22) dan membawa tim mencapai semifinal Liga Champions UEFA musim 2018-2019. Prestasi ini menjadikannya salah satu pelatih muda terbaik di dunia.
Kemudian, pada tahun 2022, ten Hag menerima tantangan baru untuk melatih Manchester United. Klub raksasa Inggris ini sedang dilanda krisis dan membutuhkan sosok pemimpin yang mumpuni. Meski beberapa catatatan buruk ditorehkan ten Hag saat mengasuh MU, namun di musim pertamanya, pelatih asal Belanda itu pernah membawa MU pada serangkaian prestasi seperti menjuarai Carabao Cup hingga Runner-up Piala FA.