Banyak rahasia yang ada di alam semesta yang satu per satu mulai terungkap. Salah satunya adalah fakta bahwa ukuran Bulan ternyata telah lama menyusut sejak ratusan juta tahun terakhir. Diketahui bahwa ukuran Bulan telah menyusut sekitar 50 m. Temuan ini baru terungkap sejak para ahli menganalisis gambar patahan dorong (dikenal sebagai scarps) di permukaan bulan. Awalnya gambar tersebut diambil oleh astronot Apollo. Lalu yang terbaru, diambil oleh Lunar Reconnaissance Orbiter milik NASA.
Selain temuan soal menyusutnya ukuran bulan, para ilmuwan juga menemukan bahwa Bulan sebenarnya memiliki inti dalam yang berdiameter sekitar 500 km (310 mil) dan sebagian berbentuk cair, namun kepadatannya jauh lebih kecil dibandingkan inti Bumi.
Perlu diketahui bahwa bulan aktif secara tektonik karena bagian dalamnya masih mendingin dan berkontraksi. Sedangkan menurut laporan laman BBC Science Focus, kerak Bulan sangat rapuh, sehingga ketika bagian dalamnya menyusut, kerak Bulan akan pecah. Dampaknya, akan menimbulkan bekas-bekas ‘luka’ akibat dari terdorongnya kerak ke atas kerak lainnya.
Memang, ada beberapa bekas luka Bulan yang berbentuk retakan dan kerutan yang muncul akibat kontraksi tersebut. Bukti-bukti lain juga memperkuat bahwa proses ini masih terus berlangsung sampai saat ini. Lalu, apa dampaknya jika ukuran Bulan terus menyusut?
Sejauh ini, penyusutan yang terjadi hampir tidak terlihat, dengan laju penyusutan setara dengan dengan perubahan radius Bulan atau sekitar seperlima (10 -18 ) persen per tahun. Dengan laju penyusutan sebesar itu, maka ukuran Bulan di langit akan tampak sama saja dan tidak terlihat adanya perubahan nyata. Selain itu Bulan juga tidak menyusut karena kehilangan massa, sehingga gaya gravitasi antara Bumi dan Bulan akan tetap sama.
Meski sejauh ini belum ada perubahan signifikan, hal ini tidak berarti bahwa evolusi Bulan tak akan berpengaruh apa pun pada Bumi di masa depan. Sebagai informasi, akibat gaya pasang surut antara Bumi dan Bulan, ukuran orbit Bulan meningkat sekitar 3,8 cm (1,5 inci) per tahun. Lalu, saat Bulan menjauh dari Bumi, periode orbit Bulan bertambah dan rotasi Bumi melambat. Hasilnya, setiap abad, proses tersebut menambah sekitar 2,3 milidetik lamanya satu hari di Bumi.
Jadi, jika sejauh ini tak ada efek apa pun yang terlihat, surutnya Bulan pada akhirnya akan tetap berdampak pada Bumi, suatu hari di masa depan. Salah satu dampaknya adalah arus laut yang akan terganggu yang dimungkinkan memicu banyaknya spesies yang hidup di air akan punah. Ditambah lagi, Bumi akan menjadi tidak stabil termasuk terganggunya musim dan memicu adanya variasi iklim yang buruk,
Untungnya, hal ini tak perlu lantas dikhawatirkan karena diprediksi tidak akan terjadi hingga miliaran tahun dari sekarang. Sebaliknya, dampak terdekat saat Bulan aktif secara tektonik hanya akan memengaruhi eksplorasi manusia di Bulan. Sebab, saat gempa yang dangkal terjadi di Bulan, kondisi ini dapat memicu guncangan seismik yang kuat, sehingga lokasi patahan dorong dapat menentukan pemilihan lokasi untuk pangkalan bulan jangka panjang.