Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk berbagai jenis tumbuhan yang dapat dikonsumsi. Dua di antaranya adalah jengkol dan gayam, yang sering kali membingungkan banyak orang karena kemiripan bentuk dan penggunaan kuliner. Namun, kedua tumbuhan ini memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi botani, rasa, maupun cara pengolahan. Berikut ini penjelasan mengenai perbedaan antara jengkol dan gayam.
Jengkol
Nama ilmiah dan klasifikasi
Jengkol, dikenal dengan nama ilmiah Archidendron pauciflorum, termasuk dalam famili Fabaceae. Tumbuhan ini dikenal dengan sebutan “dogfruit” dalam bahasa Inggris dan “jering” di beberapa daerah di Indonesia.
Karakteristik fisik
Jengkol memiliki buah yang berbentuk pipih dan bulat, dengan kulit berwarna cokelat tua hingga kehitaman. Daging buahnya berwarna putih kekuningan dan bertekstur agak keras sebelum dimasak. Buah jengkol biasanya tumbuh dalam polong, dengan beberapa biji dalam satu polong.
Rasa dan aroma
Jengkol memiliki aroma yang sangat khas dan tajam, yang sering kali disebut “bau”. Aroma ini disebabkan oleh kandungan senyawa sulfur di dalam jengkol. Meskipun aromanya menyengat, banyak orang menyukai rasa jengkol yang gurih dan lezat setelah dimasak dengan benar.
Pengolahan dan penggunaan kuliner
Sebelum dikonsumsi, jengkol biasanya harus direbus atau direndam terlebih dahulu untuk mengurangi bau dan menghilangkan racun yang terkandung di dalamnya. Jengkol sering diolah menjadi berbagai hidangan seperti semur jengkol, rendang jengkol, dan sambal goreng jengkol. Beberapa daerah di Indonesia memiliki cara pengolahan jengkol yang khas dan unik.
Gayam
Nama ilmiah dan klasifikasi
Gayam memiliki nama ilmiah Inocarpus fagifer dan termasuk dalam famili Fabaceae, sama seperti jengkol. Namun, gayam memiliki ciri-ciri yang berbeda dari jengkol dan dikenal dengan nama “Polynesian chestnut” dalam bahasa Inggris.
Karakteristik fisik
Buah gayam berbentuk bulat pipih, dengan kulit berwarna cokelat kehijauan hingga cokelat tua. Daging buahnya berwarna putih dan memiliki tekstur yang lebih lembut dibandingkan jengkol. Buah gayam tumbuh dari pohon yang cukup besar, dan buahnya biasanya jatuh ke tanah saat sudah matang.
Rasa dan aroma
Gayam memiliki aroma yang lebih lembut dan tidak sekuat jengkol. Rasanya pun lebih netral, dengan sedikit rasa manis yang ringan. Karena aromanya yang tidak terlalu menyengat, gayam lebih diterima oleh orang yang tidak terbiasa dengan bau tajam seperti jengkol.
Pengolahan dan penggunaan kuliner
Seperti jengkol, gayam juga perlu diolah sebelum dikonsumsi. Buah gayam biasanya direbus atau dipanggang untuk menghilangkan getah dan racun. Setelah diolah, gayam bisa dimakan langsung atau dijadikan bahan tambahan dalam berbagai masakan seperti sayur asam, urap, atau dijadikan campuran dalam kue tradisional.
Meskipun jengkol dan gayam sering kali dianggap serupa, keduanya memiliki perbedaan signifikan yang mempengaruhi cara mereka digunakan dalam kuliner. Jengkol dikenal dengan aromanya yang tajam dan cara pengolahannya yang lebih rumit, sementara gayam lebih netral dan mudah diterima oleh berbagai kalangan. Dalam konteks budaya dan kuliner Indonesia, keduanya memiliki tempat yang istimewa dan menjadi bagian dari kekayaan kuliner yang tidak ternilai.
Dengan memahami perbedaan antara jengkol dan gayam, kita dapat lebih menghargai keunikan masing-masing dan menikmati hidangan tradisional Indonesia dengan lebih bijak. Selain itu, pengetahuan ini juga membantu kita dalam memilih bahan yang tepat sesuai dengan selera dan kebutuhan kuliner kita.