in

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Bersejarah di Denpasar

Monumen Bajra Sandhi (googlemaps/Leonarde Fernandes)

Tempat wisata di Bali memiliki berbagai keunikan tersendiri yang menarik para wisatawan. Jika kamu bingung saat liburan ke Bali, kamu dapat mengunjungi tempat-tempat wisata bersejarah yang terletak di Denpasar. Kamu akan merasakan pengalaman liburan yang mengesankan karena dapat mengetahui dan melihat secara langsung sejarah Bali melalui berbagai peninggalan bersejarahnya. Berikut adalah lima tempat wisata bersejarah di Denpasar yang tidak boleh kamu lewatkan.

Puri Agung Pemecutan

Tempat wisata pertama yang harus kamu kunjungi adalah Puri Agung Pemecutan. Terletak di kawasan Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat, puri ini didirikan pada tahun 1686. Bangunan puri ini berdasarkan batu bata merah, atapnya terbuat dari ijuk, dikelilingi oleh tembok yang kokoh, dan memiliki luas sekitar 4,2 hektar.

Saat berada di sini, kamu akan bernostalgia mengenai masa kejayaan kerajaan di masa lampau. Sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945, setiap kabupaten di Bali memiliki wilayah kerajaan masing-masing yang mengatur daerahnya sesuai kebijakan kerajaan, termasuk Puri Agung Pemecutan ini. Kamu dapat melihat secara langsung bangunan bersejerah yang masih berdiri kokoh, alat musik tradisional seperti gamelan, serta ruang-ruang yang menjadi tempat tinggal bagi keluarga kerajaan.

Museum Bali

Museum Bali (googlemaps/Pagulnadi Wayan)

Tempat wisata bersejarah berikutnya di Denpasar yang dapat kamu kunjungi adalah Museum Bali. Terletak di Jalan Mayor Wisnu Nomor 1, Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, museum ini memiliki berbagai koleksi yang mencakup peralatan hidup, kesenian, keagamaan, bahasa, tulisan, dan barang-barang lain yang mencerminkan kehidupan dan perkembangan budaya Bali dari masa lampau.

Kunjungan ke museum ini akan memberikan pemahaman yang mendalam tentang sejarah Bali. Di kompleks museum ini terdapat beberapa paviliun yang mewakili berbagai kabupaten di Bali. Setiap paviliun menampilkan koleksi-koleksi yang beragam, mencerminkan perkembangan kehidupan di masing-masing kabupaten tersebut.

Untuk masuk ke Museum Bali, biaya tiketnya adalah Rp20.000 untuk anak-anak dan Rp30.000 untuk dewasa wisatawan domestik. Sementara itu, wisatawan mancanegara akan dikenakan biaya sebesar Rp50.000 untuk anak-anak dan Rp100.000 untuk orang dewasa.

Pura Maospahit Denpasar

Pura Maospahit Denpasar adalah sebuah kompleks pura yang berasal dari zaman Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 hingga ke-15 Masehi. Arsitektur pura ini mengadopsi gaya arsitektur Jawa Timur. Gerbang masuknya berbentuk candi terbelah dengan patung sebagai simbol selamat datang. Begitu memasuki area pura, pengunjung dapat melihat bangunan dan seni benda-benda peninggalan zaman prasejarah seperti meja baru, prasada, batu pesiraman, dan lainnya. Hampir seluruh area pura ini dihiasi dengan dekorasi yang khas seperti candi-candi yang ditemui di Jawa Timur. Lokasi Pura Maospahit Denpasar berada di Jalan Sutomo Nomor 6, Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara.

Monumen Bajra Sandhi

Monumen Bajra Sandhi yang berlokasi di Jalan Raya Puputan Nomor 142, dikenal juga sebagai Monumen Perjuangan Rakyat Bali. Tempat ini merupakan penanda sejarah perjuangan rakyat Bali dari zaman prasejarah hingga masa kemerdekaan Indonesia. Ketika memasuki monumen ini, para wisatawan akan menemukan 33 diorama, foto, dan lukisan yang menggambarkan kehidupan orang Bali dari masa prasejarah, Bali kuno, Bali madya, serta perjuangan dan peringatan akan kemerdekaan. Harga tiket masuk ke Monumen Bajra Sandhi adalah Rp10.000 untuk anak-anak dan Rp25.000 untuk orang dewasa domestik, serta Rp25.000 untuk anak-anak dan Rp50.000 untuk orang dewasa wisatawan internasional.

Prasasti Blanjong

Prasasti Blanjong (googlemaps/Susan Diver)

Salah satu tempat bersejarah terakhir yang harus Anda kunjungi adalah Prasasti Blanjong. Terletak di Pura Blanjong di Jalan Danau Poso Pura Blanjong, Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan, tempat ini mengandung prasasti tertua yang menceritakan sejarah Pulau Bali. Prasasti ini terbuat dari batu padas dengan bentuk pilar berukuran tinggi 1,77 meter dan lebar 0,62 meter, dengan bagian atasnya berbentuk Bunga Teratai.

Prasasti ini dikenal sebagai prasasti bilingual karena menggunakan dua bahasa dan dua sistem penulisan huruf. Sisi barat lautnya memiliki enam baris tulisan dalam huruf Pranegari dan Bahasa Bali kuno (Kawi), sementara sisi tenggaranya memiliki tiga belas baris tulisan dalam huruf Bali kuno dengan Bahasa Sanskerta. Tidak ada biaya masuk untuk mengunjungi tempat ini, tetapi pengunjung diharapkan untuk mematuhi peraturan yang berlaku di Pura Blanjong.